Saturday, April 18, 2009

Apa Pendapatmu Tentang Cinta?



Cinta merupakan fitrah seorang manusia. Cinta tidak dapat dihindari dan tiap manusia pasti pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Cinta adalah sesuatu yang membuat seseorang rela berkorban. Cinta kepada Allah akan membuat kita rela mengorbankan waktu kita untuk berlama-lama menyendiri, berdiri, rukuk, dan sujud hanya untuk-Nya dibandingkan dengan banyak bersenang-senang dengan hal keduniaan. Kita rela untuk terkekang dengan peraturan-peraturan agama (harus begini harus begitu, tidak boleh begini tidak boleh begitu, tanpa memilah dan memilih mana aturan yang menguntungkan kita/menyenangkan atau tidak) hingga dunia ini menjadi layaknya penjara. Semua itu hanya demi dapat memperoleh surga-Nya kelak. Cinta kedua orang tua kepada anaknya akan membuatnya rela berkorban bekerja banting tulang, bahkan rela kebutuhannya tidak terpenuhi demi terpenuhinya kebutuhan sang anak.

Tapi, cinta juga dapat menjerumuskan seseorang pada kemaksiatan. Cinta kepada seseorang (tidak karena Allah/karena nafsu belaka) akan membuatnya pun rela berkorban, yaitu rela berkorban melakukan penyimpangan (dosa) demi terpenuhinya kebutuhan akan cintanya pada sang do’i. Ia rela mengesampingkan agamanya dan ia pun siap mendapatkan pandangan negatif dari rekan-rekan perjuangannya demi dapat bersama sang do’i. Na’udzubillahi mindzalik.. Kemanakah ilmu yang selama ini kita dapatkan..

Cinta yang bagaimana yang seharusnya??...
Yaitu, cinta yang hanya berlandaskan cinta kepada Sang Khaliq, bukannya cinta yang berlandaskan pada nafsu belaka. Kita perlu waspada, ketika kita sudah berani men-take-in seseorang. Jangan-jangan kita mencintai dia karena nafsu, bukan karena agamanya. Mencintai seseorang karena rupa atau wujudnya yang indah atau karena sesuatu yang kita sukai dari dirinya sehingga ketika kita menemukan sesuatu yang tidak kita sukai dari dirinya, maka berubahlah segalnya. Bagi seorang Muslim, tentu tidak semestinya menjadikan segala yang terkait dengan dunia sebagai tolak ukur kecintaannya. Lain halnya bila cinta yang kita miliki itu berlandaskan pada cinta yang hakiki. Dengan cinta yang hakiki, bila kita mencintai seseorang, kita akan mencintai karena-Nya dan ketika kita membenci seseorang pun, kita akan membenci karena-Nya. Subhanallah..begitu indahnya..Cinta seperti inilah yang harus kita capai.

Kekasih sejati bukanlah seseorang yang selalu membahagiakan kita dan menuruti segala kemauan kita, melainkan seseorang yang senantiasa membawa kita pada ketakwaan. Cinta yang tidak ter-manage dengan baik akan menjerumuskan kita pada penyimpangan syariat. So, kita butuh yang namanya antisipasi ketika virus merah jambu itu mulai menggelumuti kita.

Berdasarkan Hukum Ketertarikan (Law of Attraction)
Entah positif atau negatif getaran yang Anda pancarkan, Hukum Ketertarikan akan mendatangkan getaran yang sama, yang lebih banyak jumlahnya.
Penjelasan: misalkan kita berpikir bahwa “Kita Bisa”, maka getaran yang dipancarkan adalah sama positif dan dengan kekuatan yang lebih besar. Begitu pula jika kita memikirkan hal yang negatif, getaran otak yang akan dipancarkan adalah negatif dengan kekuatan yang lebih besar.

Pada saat Anda berbicara mengenai kalimat negatif, sebenarnya Anda telah mencurahkan perhatian dan energi penuh pada sesuatu yang tidak anda inginkan.
Penjelasan: ketika kita memikirkan kata ”JANGAN GUGUP”, maka justru kita akan terpacu pada kata “GUGUP”. Sehingga yang justru malah terjadi pada diri kita adalah GUGUP. Contoh lainnya adalah ketika saya mengatakan kepada Anda, “Jangan Pikirkan Mengenai Binatang Gajah”..........hmm........apa yang terjadi?..... Secara spontan Gajah itu ada di pikiran Anda bukan? Meskipun hanya sebentar. Seperti itu lah proses penguatan memori pada otak, sehingga semakin kita memikirkannya (meskipun dengan bentuk kalimat negatif) semakin kuat lah hal tersebut dalam pikiran kita.

Solusinya, kita harus mengisi pikiran kita dengan kata-kata positif. Sebagai contoh di atas, kita dapat mengubahnya dengan kata “Harus TENANG” dan “Pikirkan Mengenai KELINCI”. Hal ini akan menguatkan memori otak kita mengenai kata-kata positif. Emosi positif dan negatif tidak bisa berbaur di dalam pikiran. Salah satunya pasti lebih dominan. Anda harus memastikan bahwa pikiran anda didominasi oleh pengaruh pikiran positif -Napolean Hill

Nah! Dari hukum-hukum ketertarikan di atas, kita dapat mengambil tindakan di antaranya:
Let It Flow aja, Guys! Biarkan rasa VMJ itu ada dan hilang dengan sendirinya. Tidak terlalu dikekang, namun tidak juga dibiarkan begitu saja. Kita biarkan ia ada, namun kita tetap tahu dan memperhatikan batasan-batasan yang ada.

Berpikir positif ke depan Pikirkanlah kata-kata positif, misalnya: “Aku adalah hamba-Nya, maka aku seharusnya bertakwa pada-Nya”. Sehingga hal yang terus terpikirkan oleh kita adalah mengenai masalah ketakwaan.

Tidak memikirkan hal-hal yang tidak kita inginkan Saking ketakutannya, sampai-sampai kita mengekang diri untuk “Jangan sampai Jatuh Cinta” atau “Tidak Boleh Jatuh Cinta Sama dia”. Yang ada bisa-bisa malah semakin kuat deh tu VMJ. Karena dengan begitu, secara tidak langsung kita terus menerus memikirkan Mr. Cinta itu. Dan efeknya justru akan menguatkan memori otak kita tentang si Mr. Cinta..hehe

Manajemen Qalbu, It’s Must...
Di antaranya:
Untuk menghilangkan ingatan tentang dirinya, kita hanya cukup dengan memenuhi diri dengan ingatan pada diri-Nya.

Sibukkanlah diri kita dengan kebaikan sebelum kita disibukkan dengan kelalaian dan kemaksiatan.
Dalam dunia ini hanya ada dua kemungkinan yang terjadi, yaitu jika kita tidak mengisinya dengan kebaikan, maka didup kita akan terisi dengan kemaksiatan, kebathilan, or tingkat yang paling rendahnya itu adalah kelalaian yang jika dibiarkan akan membawa kita pada kefuturan.

Sering-sering lah mengingat kematian.
Kita harus menyadari bahwa kematian itu akan datang tidak mengenal siapa kita, sedang apa kita, and di mana kita. Bagaimana jika umur kita berakhir ketika kita sedang melakukan pelanggaran? Contohnya saja ketika lagi asyik boncengan sama si do'i buat malam mingguan. Saat lagi enak-enaknya, bagaimana kalau ternyata saat itu lah malaikat harus mencabut nyawa kita? Who knows kan..Apakah kita mau mati dengan keadaan su'ul khatimah?! Na'udzubillahi mindzalik.

Senantiasa ingat bahwa ada dzat yang selalu mengawasi gerak-gerik kita.

Hindari hal-hal yang dapat memberi peluang pelanggaran bagi kita.
Hal yang sepele tapi paling rawan and sering terjadi adalah masalah berkhalwat. Entah itu pulang bareng lah, SMS-an lah, duduk bareng lah, dll. Tau sendiri deh yang bakal jadi pihak ketiga siapa tu..Kita tidak bisa menjamin keimanan kita. Karena pada dasarnya ada kalanya keimanan seseorang itu naik dan turun. Ketika iman kita naik saja, kita tidak bisa menjamin tidak akan melakukan kekhilafan, apalagi ketika iman kita turun...Who knows?! So, tindakan antisipasi harus selalu melekat pada diri kita. Jangan biarkan diri kita terlalu banyak ‘Excuse’. Ingat, biasanya masalah yang serius itu sering muncul dari masalah-masalah yang sepele. Seseorang yang tersandung bukanlah karena batu besar yang menghalanginya, melainkan karena batu kecil. Kita harus waspada pada perbuatan dosa sekecil apapun. Karena, dosa kecil yang sering dilakukan dapat menjadi dosa besar nantinya. Dan ketika dosa itu semakin membesar, maka akan membuat diri seseorang tidak sensitif lagi dengan dosa-dosanya, bahkan ia akan berani melakukan perbuatan dosanya secara terang-terangan. Na’udzubillahi mindzalik..

Memmohon ketetapan hati pada Sang Khaliq, dzat yang Maha membolak-balikkan hati.

Cari ‘back up’ untuk senantiasa mengingatkan kita jika sekiranya diri kita tidak sanggup dibiarkan sendiri.

Kalau bener-bener udah nggak bisa ditahan lagi, mending cepet-cepet nikah aja.
Nikah itu ibadah koq. Apalagi itu untuk menjaga agama kita (agar tidak terjerumus pada perbuatan dosa) dan untuk menyempurnakan agama kita. Subhanallah...Bilang aja ke ustad atau murabbi kita untuk segera dicarikan pasangan. Insya Allah dengan cara seperti ini kita akan mendapatkan pasangan yang lebih baik dan lebih barakah ketimbang mencarinya melalui hal yang tidak sesuai dengan syariat agama (pacaran). And yang perlu kita perhatikan, lakukan lah segalanya itu hanya karena Allah, karena kita takut pada dosa, takut pada siksa-Nya. Bukan karena hal lain. Bukan karena kita adalah aktivis dakwah, bukan karena kita adalah pengurus di sebuah organisasi dakwah, bukan karena kita adalah sesosok ikhwan/akhwat yang harus selalu berpenampi lah dan berakhlaq baik, dsb. Semua itu terlihat tulus, namun sesungguhnya semua itu hanyalah faktor keduniaan belaka. Hal-hal seperti itu lah yang mudah menggoyahkan hati kita ketika kesempatan (untuk tidak memperhatikan peraturan agama) itu ada.

Tidak sedikit para aktivis dakwah yang jatuh berguguran setelah mereka tidak lagi menjabat dalam suatu kepengurusan organisasi, tidak lagi aktif dalam dakwah di tempat semula, dsb. Na’udzubillahi mindzalik. Padahal seharusnya dakwah itu melekat pada diri kita sampai kapan pun, di mana pun, dan bagaimana pun. Tidak peduli kita berada dalam organisasi dakwah atau pun tidak. Wallahu ‘alam..

Ya Allah, wahai Dzat yang Maha membolak balikkan hati, tetapkanlah hati kami dalam agama-Mu dan dalam ketaatan..Aamiin.