Sunday, June 17, 2007

Syukran Ya Ukhti (Surat untuk Sahabatku)

di pagi hari yang cerah
kurasakan kenikmatan
yang telah dikaruniakan oleh Sang Pencipta
bahwa aku masih diberikan umur
hingga saat ini

dalam kenikmatan itu..
tersirat sebuah angan
dapatkah aku merasakan terus karunia ini

aku rasa tidak,
karena setiap yang hidup di dunia ini
pasti lah akan menjumpai kematian

dalam angan itu pun terpikirkan oleh ku
bahwa waktu begitu cepat berlalu
dan umur pun kian berkurang

ketika itu,
teringatlah aku  pada sebuah pertemuan
pertemuan yang membuatku bertemu dengan seorang sahabat
pertemuan yang membuatku banyak belajar
dan pertemuan yang membuatku dapat merasakan manis dan pahitnya ukhuwah

sobat..
begitu banyak perbedaan yang terdapat dalam diri kita
entah itu pemikiran, prinsip, atau lingkungan
bila kita pikirkan..
sepertinya semua itu bertolak 180 derajat dari diri kita masing-masing

namun..
tak terasa semua itu dapat kita lewati bersama
mungkin aku pernah menangis karenamu
dan engkau pun pernah menagis karenaku
aku bahagia atas kebahagiaanmu
dan engkau pun bahagia atas kebahagiaanku

seringkali kita bertengkar
hanya karena persoalan yang sepele
dan seringkali hawa nasfu yang mengalahkan kita
hingga kita tak tau lagi
mana yang salah dan mana yang benar
sepertinya bukan lagi hati nurani yang berbicara
melainkan emosi jiwa yang menguasai segalanya

namun..
tahukah kau..
Ia telah memberikan sesuayu yang berharga di dalamnya
sesuayu yang membuat kita banyak belajar
untuk menjadikan kita seorang muslimah yang kaffah

sobat..
begitu mudah kepahitan
menodai rasa kemanisan dalam sebuah kehidupan
namun..
begitu sulit untuk memulihkan rasa manis yang telah ternodai rasa pahit itu
bila kita tidak benar-benar menyadari
bahwa sesungguhnya semua itu adalah ujian yang di karuniakan oleh-Nya
yang harus kita jalani dengan penuh rasa ikhlas dan introspeksi..
dan begitu pula ukhuwah yang kita jalani

sobat..
seringkali kau membuatku kesal
bahkan hingga membuatku
tak tahu lagi apa yang harus aku lakukan
untuk membuatmu mengerti
hingga diri ini terasa bagaikan tubuh yang kehilangan raganya

namun...
tak dapat kupungkiri
dirimu telah mengisi hari-hariku
dan banyak hal yang telah kita lewati
yang lebih berharga
bila dibandingkan dengan kekesalan yang pernah kita rasakan

sobat..
terima kasih karena kau selalu berusaha untuk memberikanku yang terbaik
namun,
maafkan aku..
karena mungkin aku tidak bisa menjadi sahabat mu yang sempurna
dan terbaik bagi dirimu
maafkan aku..
bila aku mungkin tak bisa menjadi sesuatu yang lebih berharga dalam hidupmu
dan maafkan aku bila aku sering membuatmu kesusahan
bagaimana pun,
sudah begitu banyak yang telah kita lalui
dan semua itu mungkin tak akan kulupakan
dan membekas menjadi sebuah pengalaman hidup yang menakjubkan

sobat..
aku hanya ingin menyampaikan kepadamu
terima kasih karena kau telah menjadi salah seorang teman terbaik
yang pernah dikaruniakan oleh-Nya
dan bila nanti kita telah berada di dua alam yang berbeda
semoga ukhuwah ini tetap abadi selamanya...

Saturday, June 09, 2007

Kisah Sebuah Patung MARMER

Ada sebuah museum yang sangat besar. Di dalamnya terdapat beberapa patung marmer dan beralaskan lantai marmer yang indah. Patung itu dipasang di ruang utama dan selalu menjadi perhatian setiap pengunjung yang datang kesana. Orang-orang dari seluruh dunia berdatangan hanya untuk mengagumi keindahan patung itu. Pada suatu malam si Lantai Marmer berkata kepada patung itu, "Hei Patung Marmer, ini sungguh tidak adil...Sungguh tidak adil! Kenapa setiap orang yang datang hanya mengagumimu. Sementara mereka menginjakkan kakinya diatas tubuhku. Aku merasa terhina dengan ini semua, aku selalu diinjak-injak. Ini sungguh tidak adil!"


Patung itu terkejut. Tapi, itu tak sampai mengganggu ketenangannya, Ia menjawab "Tenang sobatku Lantai Marmer. Apakah kamu masih ingat, kita sesungguhnya berasal dari gua yang sama? Bukankah kita sama-sama lahir dari tempat itu? ". "Yeah, itu lah yang membuatku merasa diperlakukan tidak adil. Kita lahir dari tempat yang sama, namun kini kita mendapat perlakuan yan berbeda. Tidak adil!" seru si Lantai Marmer memotong kalimat sahabatnya. Patung diam sejenak, menunggu emosi Lantai Marmer sedikit reda. "Lalu apakah kamu juga masih ingat saat ada seorang pematung yang datang kepadamu, lalu kamu menolaknya?. Apakah kamu masih ingat saat kamu tidak mau diukir oleh pahat-pahat itu?" tanya patung lembut tapi tajam. "Ya, tentu saja aku masih ingat," ujar si Lantai, "Aku benci pria itu. Bagaimana mungkin aku bisa menerimanya? Pahat-pahat itu sangat menyakitkan". "Betul, pematung itu tak bisa bekerja membuat karya, sebab kamu menolak untuk diukirnya," sahut Patung. Lantai bertanya, "Lalu, apa hubungannya peristiwa itu dengan ketidakadilan yang aku terima?


"Sobatku, sabar," kata Patung lembut. "Setelah kamu menolaknya, pematung itu datang kepadaku dan mulai mengukirku. Aku tahu suatu saat aku akan tampil beda. Kerja kerasnya akan membuatku tampil lebih indah. Aku menerima pahat-pahatnya menghujam diri, walaupun begitu menyakitkan," jelas Patung panjang lebar. Lantai Marmer terdiam, "Sobatku, ada harga yang harus dibayar untuk semua keinginan di dunia ini, saat kau menolak untuk menerima semua cobaan, jangan salahkan orang lain jika mereka semua menginjak-injak tubuhmu," tegas Patung. Teman, memang ada harga untuk semua yang ada di dunia ini.


Kisah diatas sebauh gambaran tentang cobaan yang Allah berikan buat kita. Kita kerap enggan menjalani semua ujian dengan sabar. Banyak keputusasaan yang selalu menyertai kita acap kali diuji. Kita selalu mengeluh bahwa cobaan itu terlalu menyakitkan. Saat kita merasakan segala sesuatu " yang menyakitkan" itu, sesungguhnya Allah sedang "membentuk" kita dengan pahat-pahat-Nya. Memang menyakitkan. Tapi sekali lagi, ada harga untuk semua itu. Saat Allah memberikan kita ujian yang berat, maka disaat lain Ia juga menganugerahi nikmat yang banyak untuk kita. Teman, seperti inilah Allah membentuk kita.


Pada saat Allah membentuk kita, tidaklah menyenangkan, sakit, penuh penderitaan dan banyak air mata. Tapi, inilah satu-satunya cara untuk mengubah kita supaya menjadi cantik dan memancarkan kemuliaan Allah. Karena itu teman, apabila kau tengah dirundung cobaan, jangan kecil hati. Sikapilah itu dengan bahagia. Sebab, kau telah tahu hakikat "rasa sakit itu". Allah sedang membentukmu. Proses membentuk memang menyakitkan, tapi setelah selesai kau akan lihat betapa cantiknya Allah membentukmu. Dengan kesabaran itu kau pupuk pohon ujian itu dengan tekun. Dan ketekunan itu akan menghasilkan buah. Biarkan buah itu matang sempurna, Insya Allah kau akan berhasil keluar sebagai pemenang dengan hasil utuh sempurna, tak kurang suatu apapun.


Dari KeSuSaHan ItU akaN diDapaT Kesenangan.SeBaB durian BerDURi LaNtaRan EnaK isinya,KuLit ManggIs PaHit seBab Manis didalamnya,BuNga Ros BerDuri LanTaraN Harumnya
*dikutip dari cerpen seorang sahabat

Thursday, June 07, 2007

"Slowly BuT Surely Vs RiYa!!!...."

Merasa tidak percaya diri dan teruz meneruz merasa rendah diri, itu adalah bukti bahwa kita tidak ikhLas menerima keadaan diri kita apa adanya. Atau saat kita iri melihat kebahagian orang lain. Bukannya menjadi solusi keLuar dari masalah, maLah akan membuat kiTa terus merasa terjepit, dan ga pernah merasa bahagia. Guys!!..."Berani lah mengakui keKurangan diri sndiri dan berusaha untuk menghilangkannya".

Namun harus lah kiTa ingat, bahwa perubahan yang kita Lakukan tidak dapat diLakukan sekaLigus. Tetapi coba Lah sedikit demi sedikt sesuai kemampuan kita, "PerLahan tapi pasTi". Jangan lah kita terlalu terpaku pada perubahan diri yang sifatnya terlalu memaksa dan jangan puLa meLakukan suaTu perubahan dengan niaT untuk diperLihatkan di depan orang lain. Karena dengan begitu, bukan saja diri kita, orang Lain pun akan merasa tidak nYaman biLa meLihat kiTa.

Dasari niat kita dengan niaT 'MukhLis' karena ALLah, tanpa ternodai dengan sifat 'Riya'. Karena, kebaikan yang tuLus akan meMancarkan kebaikan puLa dengan sendirinya. Lain haLnya biLa kita meLakukannya dengan Riya, yang maLah akan meMbawa banyak mudhlarat kepada kita. Yakin lah bahwa setiap orang memiLiki kekurangan dan keLebihan masing-masing, yang mana bisa jadi keLebihan orang Lain merupakan kekurangan pada diri kiTa dan kekurangan orang Lain merupakan keLebihan dalam diri kiTa.

So, kiTa sebagai manusia jangan terLaLu merasa rendah diRi. But, jangan juga terLaLu 'perCaya diRi' aLiaz sombong, merasa diri kita yang paLing baik di antara seMua orang. Let's We ALways Try to be Better Than Yesterday With Tawadhu' and Wara'.

NIAT..
Segalanya itu butuh NIAT
Kalau nggak ada NIAT.. melakukan sesuatu pun jadinya tanpa totalitas, nggak ada ruh nya a.k.a ogah-ogahan

Segalanya itu ditentukan oleh NIAT
NIAT lah yang akan menentukan diterima atau ditolaknya suatu amalan yang kita kerjakan

NIAT pula yang bisa menentukan ridha atau tidaknya Allah atas apa yang kita lakukan
Kalau niat awalnya sudah benar, niscaya Ia akan memberi jalan kemudahan/ pertolongan
Kalau niat awalnya tidak benar, bisa jadi Ia justru akan mempersulit/ menghambatnya

So, jangan lupa luruskan NIAT..