Monday, December 29, 2008

Just For Spirit...


Ya Allah...
Aku tahu ini adalah ujian dari Mu
Aku tahu ini adalah tarbiyah Mu
Dan aku pun tahu...
Bahwa ini adalah yang terbaik untuk ku
Dan terbaik pula di sisi Mu
Ya Rabb...
Ku ikhlaskan semua ini atas kehendak Mu
Karena aku tahu...dan aku yakin...
Engkau selalu memberikan yang terbaik bagi para hamba Mu
Dan aku pun tahu...
Sesungguhnya Engkau sedang mempersiapkan sesuatu
Yang jauh lebih baik untuk ku di kemudian hari
Hmm...
Keep Smiling and Shining...
Even in the hard condition
And when your heart is so tired
Just Husnudzan billah, guys!!

Friday, December 05, 2008

Menjadi Pemateri Bukan Sekedar Basa-Basi

Hmm…In this writing, I just wanna share about something that I wanna share..haha (ya iya lah masa ya iya donkz..). Nowadays, I often find some gaffe around me. What is that?!..Hmm…Langsung jha ya… Sebenarnya tulisan saya ini, lebih jauhnya lagi berkaitan dengan pembahasan “Mentoring Efektif” atau "Manajemen Mentoring". Tapi, berhubung dengan beberapa hal, maka saya hanya membahas mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan menjadi seorang pemateri (da’i/da’iah) pada umumnya saja. Perkara menjadi pemateri tentu lah itu merupakan hal yang baik karena dapat menjadi sarana dakwah and ladang amal untuk kita.

“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?" (QS. Fushshilat: 33)

Namun, yang menjadi masalah adalah ketika sang pemateri tidak menguasai materi dakwahnya. Ilmu agama tentu lah tidak sama dengan ilmu keduniaan. Mungkin, kita dapat menggunakan ‘sistem kebut kilat’ (mengkaji bahan beberapa menit sebelum presentasi) dalam mempresentasikan suatu tugas mata kuliah. Atau bahkan karena jadwal di luar kuliah yang padat, membuat kita tidak sempat ikut serta dalam menyusun materi tugas yang akan dipresentasikan bersama kelompok. Kemudian pada hari-H nya kita hanya tinggal diberikan bagian handout materi yang harus kita jelaskan oleh teman sekelompok kita. Dan karena waktu yang sempit mengharuskan kita untuk tampil segera sehingga kita tidak sempat mempelajarinya. Hanya bermodal handout, kita bisa tampil ala kadarnya dengan metode ‘text book’, meskipun hal ini juga tetap seharusnya tidak dilakukan.

Namun, lain halnya dengan ilmu agama yang kita presentasikan alias kita ajarkan untuk diikuti oleh yang lain. Materi yang akan kita sampaikan tidak bisa diberlakukan layaknya kejadian di atas karena yang kita berikan akan dimintai pertanggungjawabannya kelak. Oleh karena itu, materi yang akan kita sampaikan hendak lah telah kita kuasai sebelumnya dan tidak hanya bermodalkan pada metode ‘text book’ alias tekstual dan tanpa persiapan sehingga materi yang disampaikan asal-asalan, dangkal, dan tidak menarik. Karena, apa yang kita sampaikan harus lah sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunah dengan penjelasan yang bisa dimengerti dan tentunya bisa dipertanggungjawabkan, bukan sekedar ra’yu (pendapat) diri kita pribadi.

Selain itu, alangkah baiknya lagi bila sebelum materi diberikan, kita melakukan analisis terhadap peserta. Tujuannya adalah untuk mengetahui keadaan mad'u (peserta) baik secara Psikologis, Demografis, dan Sosiologis sebelum penyampaian materi. Analisis ini di antaranya: 1. Kita melakukan prediksi terhadap hal yang kita dengar, lihat, rasakan dan perhatikan. 2. Kita mampu menyampaikan materi yang sesuai dengan kebutuhan peserta. Karena mereka akan menilai materi yang akan kita sampaikan berdasarkan apa yang telah mereka ketahui dan yakini sebelumnya. 3. Meperlakukan peserta sebagai pusat perhatian kita, untuk mengetahui pandangan peserta terhadap tema pembicaraan, pembicara dan lingkungan tempat acara. Dan hal penting lainnya yang perlu kita perhatikan adalah sistematis pertemuan. Apa yang akan kita sampaikan dan hal lain apa yang akan kita lakukan selanjutnya hendaknya sudah terstruktur dengan jelas dalam benak kita. Jangan sampai terjadi ‘blank spot’ atau kondisi-kondisi ‘nggak meaning’ dalam pertemuan kita hingga menghabiskan waktu yang sia-sia. Hal ini perlu kita hindari karena selain menimbulkan waktu yang terbuang sia-sia, juga dapat mengalihkan perhatian peserta.

Nb: The Crucial Thing That We Must Remember as A Speaker (da’i/da’iah): ketika kita menjadi seorang pemateri terlebih lagi menjadi seorang pementor hendaknya senantiasa mengintrospeksi diri dan memperbaiki dirinya. Karena, menjadi seorang pementor atau pemateri bukan lah perkara yang sepele yang hanya sekedar basa-basi alias gaya-gayaan saja. Atau bahkan hanya sekedar formalitas agar program/ kegiatan rutin LDK dapat terlaksana.

Dari Abu Zaid Usamah bin Zaid bin Haritsah, ia berkata: “saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda”: “didatangkan seorang rojul (laki-laki) pada hari kiamat lalu ia dimasukkan ke dalam api neraka, maka terburailah seluruh isi perutnya, lalu ia berputar-putar di dalam neraka sebagaimana keledai mengelilingi penggilingan. Maka berkumpullah penduduk neraka dan bertanya padanya: “wahai fulan! Apa yang menyebabkan engkau begini? Bukankah dahulu engkau memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang munkar?”. Maka berkatalah rojul tersebut: “Benar, dulu saya memerintahkan pada yang ma’ruf namun saya tidak mengamalkannya, dan mmencegah dari yang munkar tapi saya mengerjakannya”. (HR. Bukhari dan Muslim)

“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”. (QS. As-Shaff: 2-3)

Seminar Perkembangan Psikologi Anak


Oleh Hj. Mamaju Utami
Sebenernya seminar ini teh merupakan seminar yang diadakan sebagai bimbingan kepada orangtua dan pembimbing TPA untuk membina putra-putrinya (bagi orangtua) dan binaannya (bagi pembimbing TPA) yang diadakan oleh ikatan remaja masjid Hasanurrohmah. Berhubung, dapet undangan, yaudah deh saya dateng..Hmm..ternyata isinya…hehe..baca ajah ya..


I. Teori Howard Gardener (Multiple Inteligence)
1. Kecerdasan Lingusitik; kemampuan berbahasa dan menulis
Realisasi pada perkembangan anak:
Anak sudah bisa diajak berkomunikasi (sudah bisa mendengar apa yang kita bicarakan) semenjak ia brada di dalam kandungan. Maka biasakanlah kita bekomunikasi dengan bahasa-bahasa yang baik agar anak kita pun nantinya terbiasa dengan hal-hal yang baik pula, seperti perbanyaklah menyebut asma-asma Allah dalam komunikasi keseharian kita dan sering membaca ayat suci Al-Quran.


2. Kecerdasan Logika/ Matematika; kemampuan untuk menyelesaikan suatu problem
*setiap hal yang kita ajarkan/ lakukan dan kita bicarakan selalu diserap oleh anak dari kecil, meskipun kita tidak berniat untuk mengajarkannya. Maka tidak jarang ada seorang anak yang tiba-tiba saja berbuat atau berkata baik/ buruk seperti yang dilakukan orangtuanya. Namun, orangtuanya merasa tidak pernah mengajarkan hal tersebut pada anaknya. Oleh karena itu, akhlak seorang orangtua sangat mempengaruhi akhlak anaknya dikemudian hari.

Realisasi pada perkembangan anak:
a. Membiarkan anak menyelesaikan problemnya sendiri
Contoh: ketika anak bingung dalam membagi 4 kuenya untuk 3 temannya. Pada mulanya, bagi seorang anak, untuk dapat membagi secara adil pada saat itu merupakan hal yang sangat sulit. Agar ia dapat terbiasa berpikir kritis, maka biarkanlah ia berkreasi. Tugas kita sebagai orangtua hanyalah mengawasi dan memberitahunya bila nantinya ia salah.

b. Pada saat anak bertengkar, maka tenangkanlah ia terlebih dahulu. Kemudian kita ajak bicara baik-baik. Ajarkan ia tentang hubungan sebab-akibat hingga mereka dapat menyadari kesalahan mereka masing-masing hingga dapat berdamai kembali.

3. Kecerdasan Musik/ Ritmik; kecerdasan dalam mengolah not/ nada, termasuk mengatur intonasi berbicara. Termasuk ke dalamnya seorang anak dapat membaca Al-Quran dengan suara dan nada yang merdu. Bila ia berada di lingkungan yang sering membaca kitab suci dan ia diajarkan/ ditunjukkan dengan simbol-simbol Al-Quran (huruf hijayah), maka seorang anak akan lebih mudah dalam mengkombinasikan pembacaann simbol-simbol tersebut dengan suatu nada.

4. Kecerdasan Visual/ Spasial; mengukur jarak, mengira-ngira


5. Kecerdesan Intrapersonal: 2
a. Interpersonal; kemampuan untuk memahami orang lain
Interpretasi pada anak: jangan menutupi apa yang kita rasakan kepada anak
Contoh: “bunda nggak suka loh kalo ade bgini bgini”,”bunda sebenernya capek loh kalo ade marah-marah terus kayak gini”,hehe gitu Lah…etc

b. Intrapersonal; kemampuan untuk mengungkapkan dirinya sendiri
Interpretasi pada anak: melatih anak dengan bertanya kepadanya mengapa ia menangis/ marah/ tertawa. Termasuk juga dalam kecerdasan emosional.

6. Kecerdasan Kinetik/ Tubuh; kemampuan mudah untuk meniru/ melakukan suatu gerakan. Biasanya berhubungan dengan outdor.
Interpretasi pada anak: segera memalingkan diri/ tubuh dari kegiatan kita pada saat anak melapor sesuatu kepada kita. Jika kita lebih mengutamakan pekerjaan kita dan mengacuhkan pada saat anak datang kepada kita, maka kelak ia tidak akan lagi bercerita kepada kita.

7. Kecerdasan Moral; berhubungan dengan aturan

Nb:
  • anak sampai dengan usia 8 tahun adalah masa coba-coba. Maka support dia dengan mengatakan,”tidak ada orang sukses/ berhasil yang berawal dari kesuksesan/ keberhasilan, melainkan ia akan melakukan kesalahan terlebih dahulu”
  • masa-masa pembiasaan secara verbal (tingkah laku, pendengaran, pembicaraan) disaat anak tidur rekamannya akan lebih kuat. Bisikan ia dengan hal-hal kebaikan
  • pada saat usia anak mencapai 10 tahun mulai berlakukan adanya hukuman karena anak sudah mengenal hukum sebab-akibat. Oleh karena itu Rasulullah pun mulai memberlakukan hukuman-hukuman ketika anak mencapai umur sekian, seperti memisahkan tempat tidur/ kamar anak yang berlainan jenis dan memerintahkan kepada orangtua untuk memukul anaknya pada usia tersebut bila masih tidak mau melaksanakan shalat.

    II. Perkembangan Psikologi Anak


    Masa Pubertas Secara Psikologi Umum:
    - Senang menulis surat
    - Membaca untuk kesenangan
    - Berbicara lama di telepon
    - Mulai berpikir logis dan abstrak (mulai berkembang)
    - Mulai tertarik pada lawan jenis
    - Sosialisasi dengan teman sebaya lebih penting daripada orangtua
    - Suasana hati brubah-ubah, mencoba berbagai peran
    - Terjadi periode konflik intens dengan orangtua

    Nb: peran sebagai orangtua jadilah pendengar yang baik, ketahuilah perasaan anak, dan fasilitasi kesenangan mereka (ada penyaluran potensi)

    Masa Remaja Tanggung (usia SMA)
    Secara fisik:
    - Wanita sudah mencapai kematangan maksimal
    - Laki-laki belum mencapai kematangan maksimal (masih dapat tumbuh)

    Secara Psikologi Umum:
    - Mampu mempertahankan argument (masa-masa yang tepat untuk mengajarkan amar ma’ruf)
    - Masa-masa kreatif dan berpikir abstrak meningkat
    - Mulai memperhatikan masalah-masalah sosial
    - Emosi lebih labil
    - Pelepasan ketergantungan pada orangtua
    - Dipengaruhi norma-norma kelompok, takut ditolak teman sebayanya
    - Kesukaan seksual mulai terlihat

    Masa Remaja Akhir
    Secara Psikologi Umum:
    - Berpikir kompleks
    - Mengejar karir
    - Identitas seksual terbentuk
    - Lebih nyaman dengan diri sendiri
    - Emosi lebih terkontrol
    - Membentuk hubungan yang menetap
    - Kelompok sebaya kurang begitu penting

    Nah! Kurang lebih gitu deh ilmu yang saya dapet..Insya Allah bermanfaat. Ada yang ingin menambahkan?!..he. Mohon maaf kalo terdapat statement-statement yang kurang tepat. Maklum belum jadi ortu euy..hehe. Tapi bagi sobat-sobat yang belum jadi ortu seperti saya insya Allah bisa jadi pengetahuan untuk persiapan menjadi abi and ummi yang baik dalam membina anak-anak kita kelak..he.

    Wassalamu’alaikum Wr. Wb.