Monday, December 28, 2009

Bingkai Kehidupan by ShouHar


Mengarungi samudera kehidupan
Kita ibarat para pengembara
Hidup ini adalah perjuangan
Tiada masa tuk berpangku tangan

Setiap tetes peluh dan darah
Tak akan sirna ditelan masa
Segores luka di jalan Allah
kan menjadi saksi pengorbanan

Reff :
Allahu ghaayatunaa
Ar-Rasuulu qudwatunaa
Al-Qur'aanu dusturunaa
Al-Jihadu sabiiluna
Al-Mautu fii sabilillah
Asma' amaanina

Allah adalah tujuan kami
Rasulullah teladan kami
Al Qur'an pedoman hidup kami
Jihad adalah jalan juang kami
Mati di jalan Allah adalah cita-cita kami tertinggi

Sunday, December 27, 2009

Toksid Sebagai Sumber Penyakit

Secara fitrah tubuh manusia punya kekuatan yang mampu menjaga kesehatan dirinya. Namun, mekanisme ini nggak akan berfungsi apabila tubuh dipenuhi dengan banyak toksid (racun). Kondisi ini semakin parah jika toksid tersebut nggak dikeluarkan dengan sempurna, di sisi lain tubuh jadi tidak mendapatkan zat makanan yang cukup karena terhalang oleh toksid tersebut. Penumpukan toksid dalam tubuh mengakibatkan menurunnya kekebalan tubuh (imunitas). Kondisi ini menyebabkan berbagai penyakit mudah menyerang dan penyakit yang sudah ada sulit disembuhkan.

Tanda-tanda penumpukan toksid di tubuh seseorang adalah mudah letih, mengantuk, sembelit, darah tinggi, serangan jantung, sakit pada persendian, gelisah, bimbang, cepat marah, gagal ginjal, dll. Banyaknya toksid juga menyebabkan rendahnya tingkat kesuburan, kemerosotan IQ, dan tekanan mental (depresi). Tanpa disadari setiap hari tubuh kita kemasukan toksid (racun), baik yang dilakukan secara sengaja (seperti makanan) maupun tidak (udara,air, dll). Faktor yang menyebabkan toksemia (masuknya toksid dalam tubuh kita) antara lain:

  1. Pencemaran Udara. Udara kotor yang mengandung karbon dioksida (CO2) merupakan toksid (racun) yang sangat berbahaya bagi tubuh kita. Pencemaran udara ini terjadi setiap hari dan hampir di setiap tempat terutama daerah perkotaan, dari pabrik, asap kendaraan, asap rokok, pembuangan sisa toksid CFC, dsb.
  2. Pencemaran Air. Pencemaran air dapat terjadi akibat sisa-sisa zat kimia beracun, pestisida, dll.
  3. Makanan Siap Saji (Fast food). Sebagian besar makanan siap saji dipenuhi oleh zat kimia berbahaya seperti bahan pengawet, zat pewarna, penyedap, perasa tiruan, dsb.
  4. Hasil-Hasil Pertanian yang Beracun. Budidaya hasil-hasil pertanian yang menggunakan obat-obat kimia seperti pestisida, insektisida, herbisida, atau pupuk buatan lainnya banyak mengandung toksid. Zat-zat kimia yang terkandung dalam hasil pertanian tersebut belum sepenuhnya hilang meskipun sudah dicuci. Cara sederhana untuk menghilangkannya, rendam lah sebentar sayuran dalam air garam dan gosok-gosok perlahan.
  5. Kebiasaan Buruk. Banyak kebiasaan buruk yang tanpa disadari menimbulkan toksid, seperti merokok, mengabaikan kebersihan diri, kebiasaan makan yang tidak seimbang, dan tidur tidak teratur.
  6. Obat-Obat Kimia. Obat-obat kimia yang ada di warung atau apotek mengandung banyak toksid. Ketika kita mengkonsumsi obat-obat tersebut, ada tiga efek yang terjadi buat tubuh kita. Di satu sisi obat-obat tersebut menyembuhkan penyakit, di sisi lain obat tersebut merupakan racun sangat berbahaya bagi tubuh, dan juga merusak beberapa organ/sel-sel lain dalam tubuh. So, kalau bisa sebaiknya mulai lah mengurangi obat-obatan kimia. Lebih baik beralih lah ke herbal. Baca juga link berikut tentang pemberian obat-obatan kimia di negara maju: http://www.kaskus.co.id/thread/52e0862d40cb17974d8b45d7/dokter-negara-maju-pelit-memberikan-obat-ternyata-ini-alasannya/
  7. Tekanan Hidup Tekanan hidup, depresi, dan kurang olahraga mengakibatkan penumpukan toksid dalam tubuh.


Detoksifikasi

Detoksifikasi adalah proses pengeluaran toksid atau racun yang terkumpul dalam tubuh. Proses ini harus dilakukan karena keberadaan toksid dalam tubuh akan menghalangi proses penyembuhan dan penyerapan makanan. Ketika kita menggunakan makanan kita, dsb sebagai obat bagi tubuh kita, itu semua tidak akan memberi banyak manfaat jika di dalam tubuh terdapat banyak toksid. Oleh karena itu, semua toksid tersebut harus dikeluarkan dari tubuh, termasuk toksid yang timbul dari konsumsi obat-obat kimia. Organ tubuh yang memerlukan detoksifikasi ada 5, yaitu: hati (liver), ginjal (kidney), darah (blood), usus (colon), dan limfa (lymphotic).

Proses detoksifikasi menggunakan tumbuhan atau tanaman herba. Pada mulanya, proses ini belum lah sampai pada penyembuhan penyakit, bahkan akan menimbulkan rasa sakit yang disebut DOC (Direct Of Cure). Sebagaimana membersihkan kotoran yang menempel pada dinding, demikian pula detoksifikasi. Timbulnya rasa sakit bukan lah efek samping, melainkan suatu proses ke arah penyembuhan dan tidak akan berlangsung lama.

Mungkin ketika pertama kali mengkonsumsi madu, habbatussauda, mahkota dewa, rosella, dan jenis herba pengeluar racun lainnya tubuh akan terasa: mual, pusing, diare, muntah, sering buang angin, dsb. Zat-zat pembuangan dari dalam tubuh kita pun mengeluarkan bau yang tidak sedap. Hal ini menunjukkan sedang terjadinya reaksi antara herba tersebut dengan toksid yang ada di dalam tubuh dan kemudian toksid-toksid tersebut segera dikeluarkan. Teruskan konsumsi herbal tersebut, jangan berhenti, cukup dikurangi dosisnya.

Detoksifikasi Usus (Colon). Makanan yang tidak seimbang, kekurangan serat & air, penggunaan antibiotik, adanya tekanan perasaan (depresi) berpotensi menyisakan kotoran yang melekat pada lipatan-lipatan usus kecil dan usus besar. Dalam suatu otopsi, pernah ditemukan kotoran seberat 10-15 kg. Kotoran ini lah yang memicu munculnya penyakit kronis.

Penumpukan toksid pada usus dimulai dari makanan tidak seimbang yang memicu kadar keasaman lambung. Makanan tersebut adalah gula, tepung, fast food. Cairan empedu tidak dapat mencerna makanan tersebut dengan sempurna dan kemudian timbul lah plag pada dinding usus. Plag ini akan menghalangi penyerapan segala obat dan sari makanan sehingga kehilangan fungsinya. Penyumbatan usus dan adanya toksid pada usus ditandai adanya rasa sakit, seperti kepala pusing, lesu, napas bau, sakit persendian, dan gatal-gatal.

Herba yang sering digunakan untuk detoksifikasi usus adalah Herba Tujuh Angin yang terbuat dari mengkudu hutan dan Pelawas yang terbuat dari daun senna.

Wallahu ‘alam bish shawab.
from Buletin Sehat dengan penambahan

Friday, December 25, 2009

GAMUS Harus Lebih Baik

Hmm..mengingat kembali visi ku di awal mula bergabungnya diri ini di GAMUS (Keluarga Muslim) Institut Manajemen Telkom yang kemudian berkelanjutan dalam kepengurusan GAMUS saat ini. Pada mulanya, aku pun tidak menyangka dan tidak pernah terpikirkan dalam benak ku bahwa aku akan menjadi Penguint (Pengurus Inti) Kepengurusan GAMUS saat ini, karena kita semua tahu beratnya suatu amanah itu. Subhanallah.. 

Sebenarnya, tulisan ini sudah dimuat dalam notes FB ku dan web GAMUS di awal kepengurusan ku dan kawan-kawan. Namun, ketika ku baca kembali tulisan ku ini..seolah-olah mengingatkan ku kembali akan cita-cita ku dan kawan-kawan ku yang mungkin sempat sedikit saja terlupakan. Dan aku pun berharap, dengan tulisan ini dapat mengingatkan kembali sahabat-sahabat ku semua akan cita-cita mulia kita yang dahulu pernah kita ikrarkan.

Mengingat suatu pernyataan Sang Mantan Presiden GAMUS di akhir-akhir kepengurusannya, yang menyatakan: "GAMUS akan menjadi BESAR dan HARUS menjadi BESAR". Subhanallah, suatu pernyataan yang begitu menggugah hati ini untuk memperjuangkan agama ini di medan kampus khususnya dan medan luar kampus umumnya yang kemudian dengan sendirinya akan membawa maju GAMUS ke kondisi yang jauh lebih baik.

Namun, seketika..dalam pikiranku terbesit sebuah pernyataan: "GAMUS akan menjadi LEBIH BAIK dan HARUS menjadi LEBIH BAIK". Yah! Itulah kata-kata yang hadir dalam pikiranku saat itu, mengadopsi dari pernyataan Sang Mantan Presiden GAMUS. Memang dari unsur kalimat tidak begitu berbeda. Namun, dalam pengertiannya ada sedikit perbedaan. Mengapa aku tidak memikirkan untuk membesarkan GAMUS

1. Saat itu IM Telkom sedang mengalami yang namanya masa transisi perubahan struktur dan sistem institusi. Hal ini berpengaruh pula pada sistem dan strategi dakwah yang harus dilakukan GAMUS sesuai dengan kebutuhan organisasi saat ini. Sehingga, kita butuh fokus pada strategi baru yang matang and mantab..Kalau menggunakan ilmu manajemennya bisa kita istilahkan sebagai strategi yang efektif dan efisien. Teringat juga pesan Sang mantan Presiden untuk awal mula kepengurusan kami, "Jangan Bengong"..he

2. Untuk menjadi besar, tentunya kita harus menjadi lebih baik dari yang sebelum-sebelumnya. So, itu lah filosofi dari visi ku. GAMUS harus lebih baik. Yupz! Harus Lebih baik..Lebih baik dalam strategi, dalam sistem keorganisasian, dalam membangun hubungan, dalam membangun citra, pembinaan, mencetak kader yang kokoh, serta dalam penyatuan dan pencapaian visi & misi.

Ingat lah sahabat-sahabat ku! Organisasi layaknya sebuah mesin yang di dalamnya terdapat komponen-komponen penggeraknya. Jika salah satu komponen tersebut rusak atau hilang, maka mesin tersebut tidak dapat dinyalakan apalagi berjalan dengan baik. Seperti itu lah organisasi. Meski GAMUS terdiri dari berbagai unsur dan departemen. Tapi, pastikan bahwa kita semua adalah satu kesatuan yang kokoh dan tak kan goyah oleh rintangan.

Sahabat-sahabat ku..ayo kita bangun GAMUS BERSAMA-SAMA dengan segenap kemampuan kita. Ayo kita Jadikan GAMUS menjadi LEBIH BAIK yang kemudian akan membawa GAMUS menjadi BESAR..goreskan prestasi kita hingga membekas dalam sejarah perjuangan kita.. Untuk MEMPERBAIKI, kita tidak harus MERUBAH. Tapi untuk BERUBAH, kita harus MEMPERBAIKI. Pertahankan apa yang telah kita raih dan perbaiki apa yang menjadi kekurangan kita.Amanah ini memang lah berat. Namun, kita dapat membuatnya menjadi ringan bila kita menggunakan wadah keikhlasan dalam hati kita untuk membawanya. Just remember this:


"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah. Maka Allah akan menolong mu dan meneguhkan kedudukanmu"

SEMANGAT!!
LET'S FASTABIQUL KHAIRAT..
ALLAHU AKBAR..
BERSAMA KITA (Kekeluargaan, Istiqamah, Taqwa, & Aktif) BISA..

Friday, June 12, 2009

Diam Sebagai Komunikasi


Diam yang didefinisikan di sini adalah tidak adanya pembicaraan atau komunikasi nyata. Pada umumnya, diam sering diabaikan sebagai bentuk komunikasi dalam Perilaku Organisasi. Hal ini dikarenakan diam menggambarkan tidak adanya tindakan (inaction). Tapi, sesungguhnya diam dapat merupakan bentuk komunikasi yang kuat.

Diam dapat berarti seseorang sedang berpikir atau merenungkan jawaban terhadap pertanyaan, dapat juga berarti seseorang sedang cemas atau takut untuk berbicara. Diam dapat mengisyaratkan kesepakatan, menolak, kecewa, atau marah. Diam dapat merupakan tanda bahwa seseorang merasa terganggu terhadap suatu kondisi, dapat pula mengisyaratkan rasa tidak senang dengan menjauhkan diri.

Kegagalan dalam memberikan perhatian pada bagian DIAM dari percakapan dapat berakibat kehilangan bagian penting dari pesan. Komunikator yang cerdik memperhatikan kesenjangan, jeda, dan keragu-raguan. Mereka mendengarkan dan mengiterpretasikan sikap diam. Mereka memperlakukan jeda (diam) misalnya sebagai analog dengan lampu kuning yang berkelap-kelip di perempatan jalan dan memberi perhatian pada apa yang akan muncul berikutnya. Kadangkala pesan yang nyata dalam komunikasi terkubur dalam DIAM. (Perilaku Organisasi, Stephen P. Robbins)

Terkadang, dalam sebuah perdebatan kita merasa puas atau merasa menang ketika lawan bicara kita tak lagi melontarkan kata-kata terhadap kata-kata yang kita lontarkan kepadanya. Dan sesungguhnya itu bukan berarti menandakan bahwa perseteruan telah berakhir karena diam bukan berarti menandakan ketidakberdayaan seseorang, bukan pula selalu berarti tidak adanya komunikasi, melainkan ada banyak makna di dalamnya. Dalam diam terdapat strategi dan pemikiran yang tak terlihat. Oleh karena itu ada pepatah yang mengatakan "DIAM-DIAM MENGHANYUTKAN"

Diam adalah emas. Diam dapat menunjukkan kedewasaan dan kebijaksanaan seseorang dalam menghadapi perseteruan dalam sebuah komunikasi. Diam pun dapat merupakan sebuah bentuk penghinaan.

NB:
Tulisan ini bukan berarti menyuruh sahabat-sahabat semua untuk senantiasa diam dalam melakukan suatu komunikasi, melainkan agar kita dapat memberi perhatian kepada DIAM sebagai bagian dari komunikasi yang memiliki makna di dalamnya layaknya komunikator yang cerdik.

Saturday, May 23, 2009

Ku Ingin Cahaya-Mu


Ya Allah..
Dalam kesendirian ku tersadar
Akan segala dosa dan kelalaian ku
Yang membuat ku jauh dengan-Mu

Ku terlena pada berbagai cinta
Cinta dari selain cinta kepada-Mu
Namun ketika ku menemui cinta itu
Ku rasakan kehampaan dalam batin ku

Batin ku menjerit!
Sakit!.. Kering!.. Kosong!..
Betapa ku telah terlena oleh fatamorgana dunia

Ya Rabb..
Ingin ku menangis..
Menyesali segala dosa diri
Ampunkan lah segala dosa ku ini ya Rabb
Ampunkan lah segala khilaf ku..

Aku bukan lah apa-apa..
Melainkan hanya lah hamba-Mu yang dhaif ya Allah..
Hanya Engkau lah Wahai dzat Pemberi Ampunan Dan Pemberi Pertolongan..

Ya Allah..
Tiada yang bisa ku banggakan dari diri ku
Yang tak ada apa-apanya ini di hadapan-Mu
Amalan ku hanya lah sedikit
Ilmu ku tak seberapa..
Bahkan tenaga ku sangat terbatas
Aku hanya lah hamba-Mu yang dhaif

Rabbi aku ingin mencintai-Mu
Dengan cinta di atas segala cinta
Aku ingin..Aku ingin ya Allah..

Dalam sujud ku
Dalam do’a ku
Ku hanya berharap akan hidayah-Mu ya Allah
Hadirkan lah cahaya-Mu
Di setiap hembusan napas ku
Hingga nanti..
Aku kembali kepada-Mu..

Rabbi..
Hanya kepada-Mu lah do’a ku ini
Wahai tempat mengadu Segala asa diri ini

Saturday, April 18, 2009

Apa Pendapatmu Tentang Cinta?



Cinta merupakan fitrah seorang manusia. Cinta tidak dapat dihindari dan tiap manusia pasti pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Cinta adalah sesuatu yang membuat seseorang rela berkorban. Cinta kepada Allah akan membuat kita rela mengorbankan waktu kita untuk berlama-lama menyendiri, berdiri, rukuk, dan sujud hanya untuk-Nya dibandingkan dengan banyak bersenang-senang dengan hal keduniaan. Kita rela untuk terkekang dengan peraturan-peraturan agama (harus begini harus begitu, tidak boleh begini tidak boleh begitu, tanpa memilah dan memilih mana aturan yang menguntungkan kita/menyenangkan atau tidak) hingga dunia ini menjadi layaknya penjara. Semua itu hanya demi dapat memperoleh surga-Nya kelak. Cinta kedua orang tua kepada anaknya akan membuatnya rela berkorban bekerja banting tulang, bahkan rela kebutuhannya tidak terpenuhi demi terpenuhinya kebutuhan sang anak.

Tapi, cinta juga dapat menjerumuskan seseorang pada kemaksiatan. Cinta kepada seseorang (tidak karena Allah/karena nafsu belaka) akan membuatnya pun rela berkorban, yaitu rela berkorban melakukan penyimpangan (dosa) demi terpenuhinya kebutuhan akan cintanya pada sang do’i. Ia rela mengesampingkan agamanya dan ia pun siap mendapatkan pandangan negatif dari rekan-rekan perjuangannya demi dapat bersama sang do’i. Na’udzubillahi mindzalik.. Kemanakah ilmu yang selama ini kita dapatkan..

Cinta yang bagaimana yang seharusnya??...
Yaitu, cinta yang hanya berlandaskan cinta kepada Sang Khaliq, bukannya cinta yang berlandaskan pada nafsu belaka. Kita perlu waspada, ketika kita sudah berani men-take-in seseorang. Jangan-jangan kita mencintai dia karena nafsu, bukan karena agamanya. Mencintai seseorang karena rupa atau wujudnya yang indah atau karena sesuatu yang kita sukai dari dirinya sehingga ketika kita menemukan sesuatu yang tidak kita sukai dari dirinya, maka berubahlah segalnya. Bagi seorang Muslim, tentu tidak semestinya menjadikan segala yang terkait dengan dunia sebagai tolak ukur kecintaannya. Lain halnya bila cinta yang kita miliki itu berlandaskan pada cinta yang hakiki. Dengan cinta yang hakiki, bila kita mencintai seseorang, kita akan mencintai karena-Nya dan ketika kita membenci seseorang pun, kita akan membenci karena-Nya. Subhanallah..begitu indahnya..Cinta seperti inilah yang harus kita capai.

Kekasih sejati bukanlah seseorang yang selalu membahagiakan kita dan menuruti segala kemauan kita, melainkan seseorang yang senantiasa membawa kita pada ketakwaan. Cinta yang tidak ter-manage dengan baik akan menjerumuskan kita pada penyimpangan syariat. So, kita butuh yang namanya antisipasi ketika virus merah jambu itu mulai menggelumuti kita.

Berdasarkan Hukum Ketertarikan (Law of Attraction)
Entah positif atau negatif getaran yang Anda pancarkan, Hukum Ketertarikan akan mendatangkan getaran yang sama, yang lebih banyak jumlahnya.
Penjelasan: misalkan kita berpikir bahwa “Kita Bisa”, maka getaran yang dipancarkan adalah sama positif dan dengan kekuatan yang lebih besar. Begitu pula jika kita memikirkan hal yang negatif, getaran otak yang akan dipancarkan adalah negatif dengan kekuatan yang lebih besar.

Pada saat Anda berbicara mengenai kalimat negatif, sebenarnya Anda telah mencurahkan perhatian dan energi penuh pada sesuatu yang tidak anda inginkan.
Penjelasan: ketika kita memikirkan kata ”JANGAN GUGUP”, maka justru kita akan terpacu pada kata “GUGUP”. Sehingga yang justru malah terjadi pada diri kita adalah GUGUP. Contoh lainnya adalah ketika saya mengatakan kepada Anda, “Jangan Pikirkan Mengenai Binatang Gajah”..........hmm........apa yang terjadi?..... Secara spontan Gajah itu ada di pikiran Anda bukan? Meskipun hanya sebentar. Seperti itu lah proses penguatan memori pada otak, sehingga semakin kita memikirkannya (meskipun dengan bentuk kalimat negatif) semakin kuat lah hal tersebut dalam pikiran kita.

Solusinya, kita harus mengisi pikiran kita dengan kata-kata positif. Sebagai contoh di atas, kita dapat mengubahnya dengan kata “Harus TENANG” dan “Pikirkan Mengenai KELINCI”. Hal ini akan menguatkan memori otak kita mengenai kata-kata positif. Emosi positif dan negatif tidak bisa berbaur di dalam pikiran. Salah satunya pasti lebih dominan. Anda harus memastikan bahwa pikiran anda didominasi oleh pengaruh pikiran positif -Napolean Hill

Nah! Dari hukum-hukum ketertarikan di atas, kita dapat mengambil tindakan di antaranya:
Let It Flow aja, Guys! Biarkan rasa VMJ itu ada dan hilang dengan sendirinya. Tidak terlalu dikekang, namun tidak juga dibiarkan begitu saja. Kita biarkan ia ada, namun kita tetap tahu dan memperhatikan batasan-batasan yang ada.

Berpikir positif ke depan Pikirkanlah kata-kata positif, misalnya: “Aku adalah hamba-Nya, maka aku seharusnya bertakwa pada-Nya”. Sehingga hal yang terus terpikirkan oleh kita adalah mengenai masalah ketakwaan.

Tidak memikirkan hal-hal yang tidak kita inginkan Saking ketakutannya, sampai-sampai kita mengekang diri untuk “Jangan sampai Jatuh Cinta” atau “Tidak Boleh Jatuh Cinta Sama dia”. Yang ada bisa-bisa malah semakin kuat deh tu VMJ. Karena dengan begitu, secara tidak langsung kita terus menerus memikirkan Mr. Cinta itu. Dan efeknya justru akan menguatkan memori otak kita tentang si Mr. Cinta..hehe

Manajemen Qalbu, It’s Must...
Di antaranya:
Untuk menghilangkan ingatan tentang dirinya, kita hanya cukup dengan memenuhi diri dengan ingatan pada diri-Nya.

Sibukkanlah diri kita dengan kebaikan sebelum kita disibukkan dengan kelalaian dan kemaksiatan.
Dalam dunia ini hanya ada dua kemungkinan yang terjadi, yaitu jika kita tidak mengisinya dengan kebaikan, maka didup kita akan terisi dengan kemaksiatan, kebathilan, or tingkat yang paling rendahnya itu adalah kelalaian yang jika dibiarkan akan membawa kita pada kefuturan.

Sering-sering lah mengingat kematian.
Kita harus menyadari bahwa kematian itu akan datang tidak mengenal siapa kita, sedang apa kita, and di mana kita. Bagaimana jika umur kita berakhir ketika kita sedang melakukan pelanggaran? Contohnya saja ketika lagi asyik boncengan sama si do'i buat malam mingguan. Saat lagi enak-enaknya, bagaimana kalau ternyata saat itu lah malaikat harus mencabut nyawa kita? Who knows kan..Apakah kita mau mati dengan keadaan su'ul khatimah?! Na'udzubillahi mindzalik.

Senantiasa ingat bahwa ada dzat yang selalu mengawasi gerak-gerik kita.

Hindari hal-hal yang dapat memberi peluang pelanggaran bagi kita.
Hal yang sepele tapi paling rawan and sering terjadi adalah masalah berkhalwat. Entah itu pulang bareng lah, SMS-an lah, duduk bareng lah, dll. Tau sendiri deh yang bakal jadi pihak ketiga siapa tu..Kita tidak bisa menjamin keimanan kita. Karena pada dasarnya ada kalanya keimanan seseorang itu naik dan turun. Ketika iman kita naik saja, kita tidak bisa menjamin tidak akan melakukan kekhilafan, apalagi ketika iman kita turun...Who knows?! So, tindakan antisipasi harus selalu melekat pada diri kita. Jangan biarkan diri kita terlalu banyak ‘Excuse’. Ingat, biasanya masalah yang serius itu sering muncul dari masalah-masalah yang sepele. Seseorang yang tersandung bukanlah karena batu besar yang menghalanginya, melainkan karena batu kecil. Kita harus waspada pada perbuatan dosa sekecil apapun. Karena, dosa kecil yang sering dilakukan dapat menjadi dosa besar nantinya. Dan ketika dosa itu semakin membesar, maka akan membuat diri seseorang tidak sensitif lagi dengan dosa-dosanya, bahkan ia akan berani melakukan perbuatan dosanya secara terang-terangan. Na’udzubillahi mindzalik..

Memmohon ketetapan hati pada Sang Khaliq, dzat yang Maha membolak-balikkan hati.

Cari ‘back up’ untuk senantiasa mengingatkan kita jika sekiranya diri kita tidak sanggup dibiarkan sendiri.

Kalau bener-bener udah nggak bisa ditahan lagi, mending cepet-cepet nikah aja.
Nikah itu ibadah koq. Apalagi itu untuk menjaga agama kita (agar tidak terjerumus pada perbuatan dosa) dan untuk menyempurnakan agama kita. Subhanallah...Bilang aja ke ustad atau murabbi kita untuk segera dicarikan pasangan. Insya Allah dengan cara seperti ini kita akan mendapatkan pasangan yang lebih baik dan lebih barakah ketimbang mencarinya melalui hal yang tidak sesuai dengan syariat agama (pacaran). And yang perlu kita perhatikan, lakukan lah segalanya itu hanya karena Allah, karena kita takut pada dosa, takut pada siksa-Nya. Bukan karena hal lain. Bukan karena kita adalah aktivis dakwah, bukan karena kita adalah pengurus di sebuah organisasi dakwah, bukan karena kita adalah sesosok ikhwan/akhwat yang harus selalu berpenampi lah dan berakhlaq baik, dsb. Semua itu terlihat tulus, namun sesungguhnya semua itu hanyalah faktor keduniaan belaka. Hal-hal seperti itu lah yang mudah menggoyahkan hati kita ketika kesempatan (untuk tidak memperhatikan peraturan agama) itu ada.

Tidak sedikit para aktivis dakwah yang jatuh berguguran setelah mereka tidak lagi menjabat dalam suatu kepengurusan organisasi, tidak lagi aktif dalam dakwah di tempat semula, dsb. Na’udzubillahi mindzalik. Padahal seharusnya dakwah itu melekat pada diri kita sampai kapan pun, di mana pun, dan bagaimana pun. Tidak peduli kita berada dalam organisasi dakwah atau pun tidak. Wallahu ‘alam..

Ya Allah, wahai Dzat yang Maha membolak balikkan hati, tetapkanlah hati kami dalam agama-Mu dan dalam ketaatan..Aamiin.