Sunday, March 09, 2014

Antara yang Muda dan yang Lebih Tua

Pagi ini saya jogging bersama adik perempuan tersayang. Ceritanya dia mau latihan biar staminanya bagus kalau ambil nilai atletik. Setelah jalan beberapa meter dari rumah saya ajak dia mulai berlari, "Dek, lari yukk!" dan dia pun langsung berlari penuh dengan semangat dan langkah yang besar.. swing.. swing..

Saya sampe kaget dan kemudian mencoba mengarahkan, "Dek, kalau jogging jangan cepet-cepet biar staminanya ke-manage. Apalagi baru awal-awal. Kalo jogging beda tekniknya sama sprint".

Tapi yang terjadi adalah dia tetap berlari penuh semangat seakan menunjukkan kekuatannya dan nggak akan kenapa-kenapa. Padahal sebelumnya pun kita nggak pemanasan dulu waktu masih di rumah. Tiba-tiba nggak jauh dari tempat start kita berlari kecepatannya menurun dan bahkan tertinggal. Mukanya terlihat begitu kelelahan dan ia berjalan agak pincang. "Tuh kan udah langsung capek", saya menghampiri dia. Ternyata selain kelelahan, kaki kirinya mengalami salah urat. Berhubung saya nggak mungkin ninggalin dia, alhasil kita jalan deh sampai tempat tujuan.

Cerita ini mengingatkan saya tentang realita kehidupan antara kaum muda dan tua. Darah muda itu darah yang penuh semangat bahkan berapi-api. Saking semangatnya terkadang membuat langkahnya begitu terburu-buru, kurang pertimbangan, dan lebih banyak maunya. Ekstremnya, sampai ada pemikiran bahwa "Apa sih itu para pemuda banyak maunya, padahal tau apa mereka?! Kondisi sebenernya di lapangan kan mereka nggak tau". Ya, karena mereka memang belum banyak pengalaman. So, mereka memang butuh diarahkan. Bukan dikekang loh ya, tapi diarahkan. Sementara yang lebih tua sudah merasakan lebih banyak manis-asam garam melangkah penuh dengan kehati-hatian. Saking hati-hatinya terkadang malah membuatnya takut untuk menentukan langkah baru alias berinovasi. Dikit-dikit bilang nggak bisa, dikit-dikit bilang nggak bisa. Maunya yang lurus-lurus aja lah pokonya mah.

Seringkali nasihat-nasihat dari yang lebih tua itu dianggap old fashion oleh yang muda karena terlalu banyak ini-itu. Padahal, mereka yang lebih tua memberikan arahan/nasihat pun tidak sembarangan, melainkan berdasarkan pengalaman yang pernah mereka alami. Alhasil, tidak jarang kesalahan yang dikhawatirkan oleh mereka yang lebih tua pun dilakukan oleh si muda. Tapi tulisan ini bukan untuk memojokkan kaum muda loh ya karena saya pun masih muda koq..hehe (maksa, nyadar umur woii)

Para pemuda yang seringkali melakukan kesalahan, bukan berarti tidak ada yang bisa dicontoh dari diri mereka. Nyatanya semangat dan keberanian mereka untuk melangkah/mencoba hal baru adalah hal yang patut kita contoh dari para kaum muda. Saat yang tua merasa takut dengan segala kemungkinan kegagalan dengan sejuta pertimbangan, banyak hal baru yang justru muncul dari karya-karya para pemuda. Para pemuda itu semangatnya seakan merasa nggak takut mati. Masa-masa muda adalah masanya berkarya. Justru kesalahan yang dilakukan pada masa mudalah yang akan menjadi bekal berharga untuk kehidupan kita selanjutnya. Kayaknya rugi deh kalau waktu muda kita nggak pernah merasakan banyak kegagalan, karena itu berarti kita nggak mencoba banyak hal.. he. Sayang banget, Kawan. Jadi, kalau masih muda tapi hidup biasa-biasa aja kayaknya perlu dipertanyakan deh. Come on, Guys! Masa muda tuh jangan cuma belajar di sekolah/kampus terus pulang ke rumah. Isilah dengan kegiatan pelatihan-pelatihan, seminar, keorganisasian, atau sesuatu yang banyak memberikan manfaat, baik untuk diri sendiri maupun sekitar. Isi apa aja yang penting positif. Karena hal-hal seperti itulah yang akan membangun karakter. Kenapa? Karena di sekolah/kampus kita cuma belajar tentang ilmu pasti istilah kerennya itu hardskill. Sementara kegiatan keorganisasian, dsb. akan memberi kita pelajaran tentang softskill. Pemuda itu staminanya lebih kuat ketimbang yang lebih tua, lebih bugar. Sayang kalau energi yang banyak itu nggak kepake.

Tapi saya juga kurang setuju kalau para pemuda itu berkarya semaunya tanpa memperhatikan aturan/norma/etika yang berlaku dan kemudian meneriakkan, "Jangan batasi kami, biarkan kami berkarya!". Hello.. Kita ini hidup bukan di tanah milik pribadi, Kawan. Menurut saya aturan/norma/etika itu tetap harus dijunjung tinggi sebagai manusia yang berbudaya, terlebih lagi sebagai seorang muslim yang harus menjunjung tinggi akhlaqul karimah.

Sebagai pemuda, pikirkanlah saran yang diberikan oleh yang lebih tua dan hendaknya bisa mengontrol semangat yang dimiliki, jangan sampai terlepas tak terkendali layaknya kuda liar yang dilepaskan di tengah hutan. Jika tidak dikendalikan, maka semangat yang tak terkendali itu akan berubah menjadi amunisi berbahaya, yaitu hawa nafsu. Tidak ada hawa nafsu yang membawa kebaikan karena hawa nafsu hanya membawa kita pada kerusakan. Selama yang digunakan itu adalah hawa nafsu, saya yakin 100% hati dan akal pikiran kita akan mati.

Sementara itu, tugas yang lebih tua adalah selalu mengarahkan dan mendampingi mereka yang lebih muda. Tidak membiarkan mereka berjalan di depan tanpa arahan apalagi meninggalkan mereka di belakang. Kekhawatiran akan kesalahan yang dilakukan oleh para pemuda adalah hal yang wajar. Tapi janganlah kekhawatiran itu terlalu berlebihan yang justru malah mengekang mereka untuk berkarya. Bisa-bisa nanti setelah beres kuliah malah bingung mau ngapain, nggak tau dunia nyata itu kayak apa. Wong selama sekolah/kuliah taunya cuma belajar doang.. hehhee.

Saya pribadi termasuk orang yang banyak dikekang oleh orangtua (bukan curhat, hanya berbagi). Kalau dilihat dari niat orangtua saya sih memang bagus. Mereka nggak mau saya dibebani dengan pikiran-pikiran lain selain belajar, biar fokus. Tapi setelah beres kuliah pun saya malah merasa agak menyesal karena banyak hal-hal yang nggak saya lakukan. Saya ngerasa, "Ahh.. kenapa saya dulu nggak melakukan ini.. kenapa saya nggak melakukan itu..?". Meski dulu waktu kuliah, saya aktif berorganisasi di LDK. Tapi itu aja nggak cukup ternyata.. he.

No comments:

Post a Comment