Monday, April 28, 2014

Menjadi Wanita Berkarakter

Alhamdulillah Jum’at kemarin ceritanya saya dapet kesempatan buat berbagi di kelas keputrian yang diadain sama LDF Al-Fath TEBS. Padahal rencana awalnya itu kepingin shilaturrahim aja sama Kemuslimahan Al-Fath TEBS dengan jadi peserta biasa. Berhubung udah lama juga, akhirnya dengan mantap saya meng-iya-kan permintaan dari adik-adik tercinta itu. Yah walaupun pas penyampaian materi mungkin nggak se-yahud dulu waktu masih aktif di kepengurusan. Maklum udah lama nggak bercuap-cuap jadi pemateri, jadinya agak-agak gimana gitu rasanya..hehe

Nah, di kesempatan kemarin saya ngasih materi sebagaimana yang ada di judul tulisan ini, yaitu tentang Menjadi Wanita Berkarakter. Karakter itu sendiri adalah potret diri seseorang atau ketegasan suatu sikap yang tercermin pada tingkah laku seseorang yang membedakan dirinya dengan yang lainnya. Kenapa saya milih materi tersebut? Karena jika kita perhatikan, banyak sekali fenomena tentang krisis kepribadian (karakter) di tengah zaman yang kian nggak karuan ini, terlebih lagi dalam konteks kita sebagai seorang muslimah. Kebanyakan dari sebagian orang hanya bisa terbawa trend (ikut-ikutan) tanpa lebih memikirkan lagi baik/buruknya trend tersebut atau sesuai/tidak kah trend tersebut dengan aturan Allah. Padahal seharusnya kita mampu membuat/punya trend kita sendiri sebagai seorang muslimah dan punya prinsip yang kuat.

Contoh trend yang sekarang banyak membuat krisis kepribadian itu di antaranya istilah "Kepo" sudah mempersempit makna dari sebuah kata "Peduli". Banyak orang yang jadi ciut nyalinya untuk peduli/perhatian kepada orang lain/sesuatu hanya karena takut/nggak mau dibilang kepo, bahkan untuk niat kebaikan sekalipun. Jika karakter kita nggak mengalami krisis, maka kita bisa menjawab dengan tegas "Ya saya memang perlu tau karena itu kan menyangkut pekerjaan kita" atau "Saya itu peduli/perhatian, bukan sekedar mau tau urusan orang", dsb. Ada juga saat orang lain curhat eh malah bilang "Terus gw harus bilang Wow gtu?!" atau "Itu sih derita lo". Ada orang yang ngasih nasihat karena peduli sama kita eh malah bilang "Terus masalah buat lo?!", dsb. Kita harus sadar bahwa sebenarnya trend kata-kata ini sudah menghilangkan budaya sopan santun dan empati kita, juga mengajarkan kita untuk semakin individualis dan berbuat semau gw (nggak mau nerima kritik/masukan). Parahnya lagi kata-kata seperti itu bisa membuat orang lain sakit hati. Padahal islam sendiri mengajarkan kita untuk senantiasa bertata krama, peduli, dan saling menasihati.

Contoh lain dari sebuah krisis kepribadian adalah seseorang yang terlahir sebagai seorang wanita teapi ia ingin menjadi seorang laki-laki atau sebaliknya, juga termasuk di dalamnya adalah persoalan seorang wanita beragama islam (muslimah) tetapi ingin berpenampilan sebagaimana wanita-wanita di luar agama islam. Jika karakter kita kuat, maka tidak peduli seperti apapun dunia ini berputar, kita akan tetap bangga dan kokoh dengan kemuslimahan kita. Mungkin sahabat pernah menemukan kejadian di mana seorang wanita yang dulunya istiqamah dengan busana syar’i namun tiba-tiba berubah setelah memasuki dunia kerja menjadi busana yang kurang menutupi aurat (memperlihatkan lekuk tubuh, jilbab pendek, lengan baju ¾, dsb.) hanya agar terlihat fashionable mengikuti trend saat ini dan nggak mau/takut dibilang ketinggalan zaman, anak pesantren, atau ibu-ibu pengajian. Tentu hal ini adalah suatu kemunduran akibat dari terjadinya krisi kepribadian. Padahal nggak ada istilah ketinggalan zaman untuk busana syar'i karena aturan agama itu berlaku sepanjang masa. Selain itu, dari perusahaan-perusahaan sendiri tidak ada aturan khusus yang melarang seorang muslilmah mengenakan busana syar'i, kecuali untuk posisi-posisi tertentu seperti pramugari, customer service, dll. (saran saya: maka indarilah pekerjaan-pekerjaan untuk posisi tersebut).

So, kita jangan hanya ngikutin/kebawa arus trend yang sebenarnya sifatnya optional, ngikut gitu aja bagaikan aliran air. Padahal air itu kan mengalir makin lama makin ke bawah. Kita harus memikirkan sacara jelas dan tahu apa alasan kita melakukan sesuatu. Jangan hanya mengikuti zaman karena zaman itu makin lama akan semakin rusak. That’s why, kita harus jadi muslimah yang berkarakter.

Dari Anas r.a. Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Tidaklah datang kepada kalian hari atau zaman kecuali yang setelahnya itu lebih buruk (dari sebelumnya)” [HR.Bukhari & Ahmad]

Sekarang kita bahas, apa aja sih yang dibutuhin biar kita bisa jadi wanita yang berkarakter dan nggak terjangkit yang namanya krisis kepribadian?

Visi dan Misi
Visi utama yang harus kita pegang sebagai makhluk ciptaan-Nya adalah masuk ke dalam surga-Nya. Pasti di antara kita ingin kan masuk surga? Saya teringat sewaktu saya kuliah Leadership dulu, dosen saya bilang bahwa visi yang baik adalah sesuatu yang sulit untuk dicapai. Visi ini berbeda dengan tujuan atau target yang pencapaiannya dapat dilihat/diukur secara langsung. Namun, visi inilah yang akan menjadikan guide line kita. Kita nggak akan pernah tahu apakah kelak kita benar-benar dimasukkan ke dalam surga oleh-Nya, tapi insyaAllah semoga dengan visi tersebut akan membawa kita menjadi pribadi dengan amalan-amalan para ahli surga, yang kemudian bisa mengantarkan kita pada surga-Nya. Adapun jika kita punya visi lain dari itu sah-sah aja (ex: jadi pengusaha sukses) asalkan tidak menomorduakan visi kita untuk masuk surga, jadi sifatnya hanya pendamping. Dari visi tersebut lahirlah 2 misi kita di muka bumi ini, yaitu misi kehambaan dan misi kekhalifahan. 

Sebagai pembawa misi kehambaan tugas kita hanyalah beribadah sebagaimana firman Allah di QS. Ad-Dzariyat: 56. So, apapun yang kita lakukan harus diniatkan untuk ibadah semata, bukan hanya untuk kesenangan pribadi, apalagi cuma untuk ngikutin trend atau kelihatan gaul. Berbusana untuk ibadah, kuliah (menuntut ilmu) untuk ibadah, makan untuk (menunjang) ibadah, bekerja (mencari maisyah) untuk ibadah, dsb.

Sebagai pembawa misi kekhalifahan, maka kita bukanlah pemilik yang hakiki. Tidak pantas sama sekali bagi kita untuk bersikap sombong karena sesungguhnya segala yang kita punya hanyalah merupakan barang titipan dari Allah, semahal apapun itu. Maka, tidak diperkenankan pula bagi kita sedih yang berkepanjangan saat benda-benda tersebut diambil kembali oleh-Nya sewaktu-waktu. Dan sebagai orang yang dititipi, kita wajib untuk menjaganya. Jadi jangan mentang-mentang orangtua kita banyak duit dan bisa membelikan ini-itu dengan mudah, terus kita jadi seenaknya saja menggunakan barang. Itu tetaplah titipan dari Allah yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Hal ini berlaku juga untuk alam semesta yang harus kita jaga. Jika ingin mengetahui lebih mendalam bahasan tentang Visi-Misi seorang manusia, silahkan baca di sini.

Hidup tanpa visi itu bagaikan kita jalan jauh-jauh tapi nggak tahu mau kemana. Capek, tapi nggak dapet apa-apa. Sayang kan..

Berakhlaq
Seperti yang kita tau bahwa Rasulullah S.A.W. diutus tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlaq manusia di muka bumi ini. Maka, bisa kita lihat bahwa begitu pentingnya urusan akhlaq ini. Seringkali manusia terlalu fokus pada kecantikan luar (tubuh) masing-masing. Melakukan perawatan ini-itu, tapi terlupa untuk melakukan perawatan kecantikan dalamnya yang kemudian teraplikasi berupa akhlaq yang mulia. Padahal itulah kecantikan yang hakiki karena kecantikan dari dalam akan memancarkan kecantikan luar dengan sendirinya. Maka ada seorang ahli syukur berkata:

“Bila kamu bercermin dan kemudian dirimu merasa tidak cantik/rupawan, maka percantik lah dengan akhlaq. Bila kamu bercermin dan merasa cantik/rupawan, maka jangan kau rusak dengan akhlaq mu..”

Dalam sebuah hadits pun dikatakan bahwa “Dunia itu adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah wanita shalihah” [HR. Muslim]. So, sudah seharusnya kita memberi perhatian khusus untuk perihal akhlaq. Jadilah muslimah shalihah dengan karakter pribadi yang baik, di antaranya: santun, ramah, peduli pada sesama, gemar sedekah, menghormati yang lebih tua-menyayangi yang lebih muda, mempunyai sifat malu, dan akhlaq baik lainnya.

Berilmu
Rasulullah mengatakan bahwa “Mencari ilmu wajib hukumnya bagi tiap-tiap muslim” [shahih HR. Ibnu Majah], Allah pun berfirman “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan yang tidak mengetahui?” [QS. Az-Zumar: 9], dan Imam Bukhari berkata “Ilmu dahulu sebelum berkata dan berbuat”.

Dalil-dalil tersebut menunjukkan bahwa betapa pentingnya sebuah ilmu. Bahkan Allah memberi banyak keutamaan bagi orang yang menuntut ilmu, di antaranya adalah Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu [QS. Al-Mujadilah:11] dan Allah akan memudahkan jalan ke surga bagi orang yang berjalan untuk menuntut ilmu [HR. Muslim]

Sudah seharusnya kita banyak-banyak menuntut ilmu agar kita paham tentang banyak hal pula, sehingga kita mempunyai banyak dasar jika ingin melakukan suatu perbuatan. Kita tahu mana yang boleh/tidak boleh dan mana yang benar/salah. Contoh: sebelum menikah kita harus tahu ilmu berumah tangga (terutama tentang peran yang akan kita lakoni, yaitu sebagai isteri dan ibu), ketika berbusana kita harus mengetahui mana saja batasan aurat yang harus kita tutupi (bukan sekedar membungkus), ketika kita akan menjalin suatu hubungan dengan lawan jenis kita harus tahu bagaimana tahapan yang seharusnya, dsb. Kelak, insyaAllah kita akan menjadi seorang ibu yang mendidik anak-anak kita. Bagaiman jadinya kalau kita sendiri nggak punya ilmu yang bisa diajarkan?

Berdasarkan ilmunya, ada 4 kriteria manusia:
Orang yang TAHU dan TAHU bahwa dia tahu. Itulah orang ALIM, maka ambillah ilmu darinya
Orang yang TAHU dan dia TIDAK TAHU bahwa dia tahu. Itulah orang LUPA, maka ingatkanlah!
Orang yang TIDAK TAHU dan dia TAHU bahwa dia tidak tahu. Inilah orang yang MENCARI PETUNJUK, maka ajarilah!
Orang yang TIDAK TAHU dan dia TIDAK TAHU bahwa dia tidak tahu. Inilah orang BODOH, maka tinggalkanlah!
(Al-Ma'rifah wat Tarikh karya Abdurrahman Yusuf Ali Farhan, hlm 7)


Jangan sampai kita termasuk pada kriteria ke-4 yahh.. Tuntutlah ilmu setinggi-tingginya dan ajarkanlah pula ilmu tersebut kepada orang lain.

Ikhlas dan Bersyukur
2 hal ini yang akan menentukan kebahagiaan kita. Pasti di antara kita pernah melihat/bertemu dengan orang yang wajahnya selalu berseri-seri. Gimana rasanya? Enak ya.. Seger gitu kayaknya, seakan bikin kita kebawa senang mendadak kalo bertemu orang kayak gitu. Sebenanya orang kayak gitu bukan berarti dia nggak pernah punya masalah, melainkan ia mampu menghadapi masalah yang dihadapinya dengan ikhlas dan tetap bersyukur. Ia pun yakin bahwa segala solusi dari permasalahannya cukup dikembalikan saja pada Dia yang Maha Mengetahui.

Mungkin pengertian ikhlas yang banyak beredar adalah melakukan sesuatu tanpa mengharapkan apapun. Pengertian itu benar jika kita membicarakannya dalam konteks keduniaan karena jika pengertian tersebut adalah pengertian ikhlas secara utuh, maka tingkat amalan tertinggi akan dicapai oleh para kaum atheis yang tidak mengenal konsep ketuhanan. Jika kita membicarakan pengertian ikhlas secara utuh, maka ikhlas yang sesungguhnya adalah saat kita melakukan sesuatu dengan mengharapkan sesuatu yang amat besar. Sesuatu itu adalah ridha Allah. Dengan ridha Allah lah yang bisa memasukkan kita ke dalam surga sebagaimana visi kita sebagai makhluk ciptaan-Nya dan dengan ridha Allah pula yang dapat membukakan jalan pertolongan Allah saat kita berada dalam kesulitan dengan cara bertawashul. Simak kisah 3 pemuda yang bertawashul dengan amalannya di sini.

Tanpa ikhlas, niscaya akan banyak kekecewaan/kepahitan yang kita rasakan dalam hidup ini. Maka, cukup berharaplah pada Allah. Biarkan Ia yang mengatur segala episode hidup kita, Ia yang Maha Mengetahui jalan cerita terbaik bagi tiap-tiap hamba-Nya, termasuk cara Ia mendatangkan pertolongan.

Selain ikhlas, kita pun butuh bersyukur untuk menjadi pribadi yang senantiasa merasa bahagia. Mengeluh itu memang mudah, tapi tidak akan menyelesaikan masalah. Jika kita mau benar-benar berpikir, seburuk apapun kejadian/musibah yang kita alami, banyak orang di luar sana yang punya kondisi lebih buruk dari kita. Contoh: ketika kita tidak puas dengan gaji serta sikap atasan di kantor, masih banyak di luar sana orang yang kekurangan dan menjadi gelandangan karena tidak punya pekerjaan; ketika mengalami kecelakaan dan kendaraan rusak parah sehingga butuh biaya banyak untuk memperbaiki, banyak korban kecelakaan yang nggak lagi dikasih umur sehingga meninggal di tempat kejadian; ketika kita merasa jengkel karena makanan yang dibeli tidak enak, banyak orang di luar sana yang untuk mendapatkan makanan pun harus mengais-ngais dari tempat sampah; dsb.

Seringkali yang terjadi adalah kita hanya terfokus pada kekecewaan/kesedihan/cobaan, padahal banyak nikmat Allah yang telah dikaruniakan pada kita. Tanpa bersyukur maka hidup kita akan terasa susah karena segala sesuatu yang diberikan selalu saja terasa tidak cukup.

“..Dan sungguh jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya..” [QS. Ibrahim: 34]
“Maka nikmat Tuhan mu yang manakah yang kamu dustakan” [QS. Ar-Rahman]

Sebelum mengeluh, berpikirlah lagi tentang kondisi orang-orang yang punya kondisi lebih buruk dari kita. Dengan begitu, akan menjadikan kita senantiasa menjadi pribadi yang bersyukur. Jangan tunggu bahagia untuk bersyukur, tapi bersyukurlah untuk menjadi bahagia.

Butuh atau Ingin?!
Nah, ini nih gangguan yang nggak jarang menjangkit seseorang. Kalo kita nggak mawas diri, kata "Ingin" bisa menjelma menjadi sebuah kata "Butuh". Kita sebagai wanita yang nantinya akan menjadi manajer keuangan di keluarga sudah seharusnya melatih diri untuk bisa membedakan secara jelas manakah hal-hal yang memang kebutuhan dan manakah hal-hal yang merupakan keinginan. Kebutuhan adalah hal yang harus diutamankan karena keinginan adalah sesuatu yang nggak akan pernah ada habisnya. Jangan sampai kita mendahulukan keinginan semata, sementara untuk membeli kebutuhan menjadi kekurangan. Oh no.. itu nggak banget namanya, Galz!

Produktif
Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Bila kamu berada pada waktu sore, maka janganlah menantikan waktu pagi. Dan bila kamu berada pada waktu pagi, jangan nantikan waktu sore. Pergunakan masa sehatmu untuk menyongsong masa sakitmu, dan pergunakan masa hidupmu untuk menyongsong saat kematianmu” (HR.Bukhari)

So, buat yang suka males-malesan di kamar nggak tau mau ngapain.. Hayukk atuh jadi produktif. Kalau kita banyak diam syetan itu akan mudah mengganggu kita loh melalui tipu dayanya yang dibisikkan kepada kita, sehingga munculah pikiran-pikiran aneh. Makanya nggak jarang kalau kita kebanyakan diam itu malah bikin galau. Ya kan?!.. hehhee. Produktif itu bisa lewat apa aja koq. Baca, nulis, seminar, olahraga, bikin kerajinan, uji coba masakan, dll. pokoknya yang bermanfaat.

Istiqamah
Terakhir, jika semua karakter itu sudah dimiliki, maka kesemuanya itu harus dibalut dengan ikatan yang bernama istiqamah agar kekuatan karakter itu kokoh dan kuat. Mampu terus bertahan saat ada yang ingin menggoyahkan. Karakter inilah yang akan membuat seorang muslimah mampu menjaga semangat kemuslimahannya, walau ia diejek atau dijatuhkan sekalipun. Sesungguhnya Allah menguji keistiqamahan seseorang dengan memberinya kondisi-kondisi yang bertentangan. Dari situlah dapat dilihat apakah kita benar-benar memiliki karakter yang kuat atau tidak.

Sebagai orang Islam pegangan kita sudah jelas, yaitu Al-Qur'an dan Hadits. So, sudah seharusnya kita jadikan 2 hal itu sebagai dasar dalam segala aspek kehidupan kita. Simple sebenernya dan dalam berpegangan pun jangan cuma setengah-setengah. Hidup ini penuh gelombang mematikan kalau kita nggak punya pegangan yang kuat. Bayangkan saja kalau kita berada di tengah kapal yang diombang-ambing oleh ombak besar dan kita nggak berpegangan dengan benar-benar. Bisa dipastikan kita akan mudah tersentak ke lautan. Seperti itulah gambarannya.

Sebagai seorang muslimah, jadilah pribadi yang bisa memberi warna untuk sekitar, bukan menjadi pribadi yang dengan mudah terwarnai entah apapun warna yang terciprat. Kita harus tau mengapa kita melakukan sesuatu, jangan cuma biar keliatan gaul tapi malah menjadikan kita pribadi yang kurang baik atau tidak mencerminkan bagaimana seharusnya seorang muslimah. Sebelum melakukan sesuatu sudah semestinya kita bertanya kembali pada diri sendiri manakah tingkatnya yang lebih tinggi, hukum Allah atau hukum manusia? Manakah yang ingin kita capai, pandangan Allah atau pandangan manusia?

Mulai sekarang, banggalah menjadi seorang muslimah dengan segala bentuk aturan yang Allah tetapkan untuk kita. Karena itulah kita menjadi unik, karena itulah yang menjadi pembeda kita dengan wanita dari umat lain. Sesungguhnya Islam telah memuliakan kita dengan cara-Nya karena kita begitu berharga. So, kalau saya tanya "Are you Muslimah Berkarakter?". Semoga aja setelah baca tulisan ini sahabat-sahabat sekalian akan menjawab dengan lantang dan mantap "Yes, I' am!!.."

No comments:

Post a Comment