Sunday, December 27, 2009

Toksid Sebagai Sumber Penyakit

Secara fitrah tubuh manusia punya kekuatan yang mampu menjaga kesehatan dirinya. Namun, mekanisme ini nggak akan berfungsi apabila tubuh dipenuhi dengan banyak toksid (racun). Kondisi ini semakin parah jika toksid tersebut nggak dikeluarkan dengan sempurna, di sisi lain tubuh jadi tidak mendapatkan zat makanan yang cukup karena terhalang oleh toksid tersebut. Penumpukan toksid dalam tubuh mengakibatkan menurunnya kekebalan tubuh (imunitas). Kondisi ini menyebabkan berbagai penyakit mudah menyerang dan penyakit yang sudah ada sulit disembuhkan.

Tanda-tanda penumpukan toksid di tubuh seseorang adalah mudah letih, mengantuk, sembelit, darah tinggi, serangan jantung, sakit pada persendian, gelisah, bimbang, cepat marah, gagal ginjal, dll. Banyaknya toksid juga menyebabkan rendahnya tingkat kesuburan, kemerosotan IQ, dan tekanan mental (depresi). Tanpa disadari setiap hari tubuh kita kemasukan toksid (racun), baik yang dilakukan secara sengaja (seperti makanan) maupun tidak (udara,air, dll). Faktor yang menyebabkan toksemia (masuknya toksid dalam tubuh kita) antara lain:

  1. Pencemaran Udara. Udara kotor yang mengandung karbon dioksida (CO2) merupakan toksid (racun) yang sangat berbahaya bagi tubuh kita. Pencemaran udara ini terjadi setiap hari dan hampir di setiap tempat terutama daerah perkotaan, dari pabrik, asap kendaraan, asap rokok, pembuangan sisa toksid CFC, dsb.
  2. Pencemaran Air. Pencemaran air dapat terjadi akibat sisa-sisa zat kimia beracun, pestisida, dll.
  3. Makanan Siap Saji (Fast food). Sebagian besar makanan siap saji dipenuhi oleh zat kimia berbahaya seperti bahan pengawet, zat pewarna, penyedap, perasa tiruan, dsb.
  4. Hasil-Hasil Pertanian yang Beracun. Budidaya hasil-hasil pertanian yang menggunakan obat-obat kimia seperti pestisida, insektisida, herbisida, atau pupuk buatan lainnya banyak mengandung toksid. Zat-zat kimia yang terkandung dalam hasil pertanian tersebut belum sepenuhnya hilang meskipun sudah dicuci. Cara sederhana untuk menghilangkannya, rendam lah sebentar sayuran dalam air garam dan gosok-gosok perlahan.
  5. Kebiasaan Buruk. Banyak kebiasaan buruk yang tanpa disadari menimbulkan toksid, seperti merokok, mengabaikan kebersihan diri, kebiasaan makan yang tidak seimbang, dan tidur tidak teratur.
  6. Obat-Obat Kimia. Obat-obat kimia yang ada di warung atau apotek mengandung banyak toksid. Ketika kita mengkonsumsi obat-obat tersebut, ada tiga efek yang terjadi buat tubuh kita. Di satu sisi obat-obat tersebut menyembuhkan penyakit, di sisi lain obat tersebut merupakan racun sangat berbahaya bagi tubuh, dan juga merusak beberapa organ/sel-sel lain dalam tubuh. So, kalau bisa sebaiknya mulai lah mengurangi obat-obatan kimia. Lebih baik beralih lah ke herbal. Baca juga link berikut tentang pemberian obat-obatan kimia di negara maju: http://www.kaskus.co.id/thread/52e0862d40cb17974d8b45d7/dokter-negara-maju-pelit-memberikan-obat-ternyata-ini-alasannya/
  7. Tekanan Hidup Tekanan hidup, depresi, dan kurang olahraga mengakibatkan penumpukan toksid dalam tubuh.


Detoksifikasi

Detoksifikasi adalah proses pengeluaran toksid atau racun yang terkumpul dalam tubuh. Proses ini harus dilakukan karena keberadaan toksid dalam tubuh akan menghalangi proses penyembuhan dan penyerapan makanan. Ketika kita menggunakan makanan kita, dsb sebagai obat bagi tubuh kita, itu semua tidak akan memberi banyak manfaat jika di dalam tubuh terdapat banyak toksid. Oleh karena itu, semua toksid tersebut harus dikeluarkan dari tubuh, termasuk toksid yang timbul dari konsumsi obat-obat kimia. Organ tubuh yang memerlukan detoksifikasi ada 5, yaitu: hati (liver), ginjal (kidney), darah (blood), usus (colon), dan limfa (lymphotic).

Proses detoksifikasi menggunakan tumbuhan atau tanaman herba. Pada mulanya, proses ini belum lah sampai pada penyembuhan penyakit, bahkan akan menimbulkan rasa sakit yang disebut DOC (Direct Of Cure). Sebagaimana membersihkan kotoran yang menempel pada dinding, demikian pula detoksifikasi. Timbulnya rasa sakit bukan lah efek samping, melainkan suatu proses ke arah penyembuhan dan tidak akan berlangsung lama.

Mungkin ketika pertama kali mengkonsumsi madu, habbatussauda, mahkota dewa, rosella, dan jenis herba pengeluar racun lainnya tubuh akan terasa: mual, pusing, diare, muntah, sering buang angin, dsb. Zat-zat pembuangan dari dalam tubuh kita pun mengeluarkan bau yang tidak sedap. Hal ini menunjukkan sedang terjadinya reaksi antara herba tersebut dengan toksid yang ada di dalam tubuh dan kemudian toksid-toksid tersebut segera dikeluarkan. Teruskan konsumsi herbal tersebut, jangan berhenti, cukup dikurangi dosisnya.

Detoksifikasi Usus (Colon). Makanan yang tidak seimbang, kekurangan serat & air, penggunaan antibiotik, adanya tekanan perasaan (depresi) berpotensi menyisakan kotoran yang melekat pada lipatan-lipatan usus kecil dan usus besar. Dalam suatu otopsi, pernah ditemukan kotoran seberat 10-15 kg. Kotoran ini lah yang memicu munculnya penyakit kronis.

Penumpukan toksid pada usus dimulai dari makanan tidak seimbang yang memicu kadar keasaman lambung. Makanan tersebut adalah gula, tepung, fast food. Cairan empedu tidak dapat mencerna makanan tersebut dengan sempurna dan kemudian timbul lah plag pada dinding usus. Plag ini akan menghalangi penyerapan segala obat dan sari makanan sehingga kehilangan fungsinya. Penyumbatan usus dan adanya toksid pada usus ditandai adanya rasa sakit, seperti kepala pusing, lesu, napas bau, sakit persendian, dan gatal-gatal.

Herba yang sering digunakan untuk detoksifikasi usus adalah Herba Tujuh Angin yang terbuat dari mengkudu hutan dan Pelawas yang terbuat dari daun senna.

Wallahu ‘alam bish shawab.
from Buletin Sehat dengan penambahan

No comments:

Post a Comment