Wednesday, May 21, 2014

Berproses dalam Hidup

Malam ini saya mau sedikit berbagi tentang apa itu berproses dalam hidup saya. Saya dapat inspirasi untuk membuat tulisan ini hasil dari kegiatan rapih-rapih blog yang baru aja beres. Jadi bukan cuma rumah atau kosan aja yang perlu dirapihin, blog juga perlu dirapihin.. Ibaratnya para pembaca itu adalah tamu dan saya sebagai penulis adalah tuan rumah. Jadi saya pengen aja gitu orang-orang yang berkunjung ke blog ini betah alias nyaman.

Nah! Dari kegiatan rapih-rapih itu ternyata mengharuskan saya untuk berinteraksi kembali dengan tulisan-tulisan lama saya. Ternyata ada tulisan-tulisan dengan gaya AL4y ABG. Saya sampai kaget sendiri, "Wow! Seriously?! Yeah, That was me!"..hahhaa. Huruf-huruf itu sengaja nggak saya edit biar sewaktu-waktu bisa mengingatkan saya kembali tentang masa-masa ABG saya yang AL4y.. (n_n)

Saya juga terheran-heran dengan tulisan-tulisan saya yang banyak mengingatkan pada pengalaman pahit di masa-masa SMA yang pernah saya alami, mulai dari kisah persahabatan, keluarga, sampai penyakit. Jujur saya sudah lupa, terutama dengan peristiwa yang paling menyayat hati. Dulu tiap kali saya teringat peristiwa itu rasanya hati saya sakit bagaikan ditusuk-tusuk paku. Bisa dibilang itu adalah fase tersulit dalam hidup saya yang rasanya kepingin banget buat berontak. Mungkin karena pada saat itu pun memang masih masa-masa pencarian jati diri juga ya. Jadi masih ababil.

Saya memang bisa saja saat itu berontak dan berlari ke jalur yang salah. Tapi saya bersyukur karena Allah masih membimbing saya sehingga saya nggak sampai masuk ke jalur yang salah layaknya anak-anak bermasalah pada umumnya. Ini pun berkaitan dengan sebuah pilihan sebenarnya. Apakah saat kita menghadapi masalah kita mau melakukan sesuatu yang nantinya akan merugikan diri sendiri atau justru memilih bertahan pada jalur yang baik. Dulu saya melampiaskan semua permasalahan itu adalah melalui hobi. Berhubung saya suka banget sama olahraga, jadi saya aktif di klub taekwondo juga futsal perempuan. Hampir satu sekolahan tahu bahwa siswi tomboy berkerudung dengan behel yang jadi kapten futsal perempuan itu adalah saya. Tapi kalau sekarang saya bershilaturrahim ke SMA, nggak akan ada yang percaya bahwa dulu saya adalah kapten futsal dan ketua ekskul taekwondo.. hahhaa

Pasti banyak yang nggak nyangka kalau saya itu dulu tomboy banget. Kayak preman deh pokoknya. Mungkin orang lain cuma bisa geleng-geleng kalau ngelihat saya.. hehe. Makanya pas saya berubah untuk berkomitmen pakai rok dan busana yang lebih muslimah itu semuanya pada heboh alias shock, tanpa terkecuali. "Wiih! Syifa jadi cewek sekarang", emang menurut lo dulu apaan?. "Beuh! Jadi akhwat dia. Ukhti-ukhti..", dari dulu juga saya emang akhwat kelleeuuuss masa ikhwan. "Syifa?! Lo pakai rok sekarang?!", berasa saya pakai apa aja gtu ya. Terus ada juga yang bilang kalau saya ini mirip kayak perempuan-perempuan teroris yang waktu itu lagi booming. Mendengar kata-kata itu rasanya tuh JLEB banget. Padahal jauh banget bedanya.. hikshiks.

Tapi mungkin karena waktu itu di lingkungan tempat saya tinggal memang masih limited edition banget perempuan yang memakai jilbab panjang dan rok, jadinya itu dirasakan sebagai sesuatu yang gimana gitu. Saya anggap saja itu maklum, tetap positive thinking aja, dan lebih memantapkan hati kembali. Aahh.. nggak boleh goyah. Okay, mungkin saya berbeda. Tapi apa yang salah kalau kita berbeda dalam kebaikan? Justru itulah yang harus diperjuangkan. Lalu saya berpikir bahwa mungkin justru karena hal inilah semakin sedikit orang-orang yang berani tampil beda atau melakukan sesuatu yang tidak banyak dilakuan orang lain dalam kebaikan. Banyak orang yang jadinya hanya ikut-ikutan, memilih jalan yang banyak dilalui orang pada umumnya, meski jalan itu tidak sesuai atau kurang tepat.

Semua selentingan yang ada nggak pernah saya hiraukan. Cukup saya berikan mereka senyuman termanis dari wajah saya.. hihhiii. Sekarang pun mereka udah terbiasa koq akhirnya. Jadi, semua itu hanya soal waktu. Banyak orang yang mau berubah itu terlalu banyak mikir tentang respon dan "apa kata orang nanti?". Itu mah nggak perlu dipikirin. Apalah artinya kata orang (pandangan manusia)? Yang penting itu pandangan Allah koq. Selama perubahan yang kita niatkan itu adalah kebaikan, lakukanlah. Perihal respon (ejekan, tentangan, dll) dari orang lain itu cuma masalah waktu yang pada akhirnya mereka pun akan terbiasa dengan perubahan kita. Mereka cuma butuh adaptasi koq. Jadikan saja itu sebagai tantangannya, karena Allah pun menguji keistiqamahan seseorang dengan memberikan kondisi-kondisi yang terbalik atau bertentangan. Kalau di awal-awal ujian aja udah nyerah, gimana mau survive?

Lanjut cerita tentang masa-masa sulit waktu SMA, saya berusaha belajar sedikit demi sedikit, merenung, dan mengambil hikmah. Saya nggak pernah curhat ke orang, jadi saya berusaha survive sendiri, termasuk dalam hal pengobatan penyakit saya yang cukup menguras uang saku.. hihhiii. Tapi walau banyak menguras uang saku, saya heran kenapa saya nggak kurus-kurus ya waktu itu? Eh, apa kurus terus jadi gemuk ya? Yaudah siihh nggak penting juga kan itu.. he. Nah lanjut cerita, dalam keadaan si saya yang mencoba buat survive sendiri itu, saya punya tekad bahwa saya harus keluar dari belenggu kesedihan yang nggak karuan dan menjadi pribadi yang setidaknya lebih baik. Istilahnya membuka lembaran baru deh. Transformasi itu saya lakukan mulai dari awal masuk kuliah. Saya cari-cari tahu tentang LDK yang ada di kampus, rutin mendengarkan siaran radio MQ FM, dan aktif di DKM yang ada di dekat kosan.

Luar biasanya Allah ngasih saya banyak banget jalan. Seolah-olah tuh kayak dipermudah. Saya dipertemukan dengan UKM/LDK Gamus yang banyak banget jasanya dalam membina karakter saya, sampai-sampai saya ngerasa nggak tega banget kalau harus benar-benar meninggalkan dia gitu aja. Rasanya saya sudah terlalu sayang dengan organisasi itu dan segala kenangannya. Di Gamus saya bertemu dengan sahabat, kakak, dan adik yang entahlah.. undefined. Pokoknya sesuatu banget. Terus saya dipertemukan juga dengan DKM Baabul Firdaus yang banyak mengajarkan saya tentang makna sebuah persaudaraan dan terakhir saya dipertemukan dengan Bekam & Ruqyah Center dari siaran MQ FM yang alhamdulillah membantu saya bisa jadi lebih sehat lewat terapi bekam dan herbalnya.

Coba deh pikir, masa iya bisa kebetulan tiba-tiba ada jalan tapi sekaligus satu paket gitu. Seakan semua masalah saya langsung ada jalan keluarnya. Kalau direnungkan kembali, semua pertemuan itu nggak akan bisa terjadi gitu aja tanpa izin dan kekuasaan Allah. Dari proses transformasi itu saya mendapatkan suatu pelajaran bahwa memang benar pribahasa yang mengatakan "Dimana ada kemauan, disitu ada jalan". Tapi kemauan di sini bukan hanya kemauan, melainkan juga disertai dengan aksi (ex: ikut banyak kajian/ seminar/ organisasi untuk mengembangkan potensi dan karakter, buat akhwat yang mau belajar pakai rok dan jilbab syar'i langsung aja pakai). Percuma aja kalau kitanya udah mau, tapi buat usaha atau aksinya nggak ada. So, kalau emang ada niatan baik untuk bertransformasi ke arah yang lebih baik, jangan ditunda-tunda. Nggak perlu banyak ini-itu, langsung Take Action. Semakin ditunda-tunda, semakin mudah lah syetan menipu daya kita dengan menanamkan pikiran-pikiran aneh yang semakin membuat kita ragu untuk memulai melalui bisikan-bisikannya. Seolah-olah banyak kondisi yang nggak memungkinkan, padahal mah biasa aja. "Mau gini tapi blablabla, nanti deh kalau udah blablabla". Yang ada makin lama ditunda, makin banyak pula kata "tapi" dan "nanti". Alhasil nggak tau sampai kapan..

Sekarang saya sudah lulus, sudah jadi alumni, dan jadi kakak dari banyak adik-adik. InsyaAllah udah nggak galau-galau lagi dan ya.. This is my now, gitu ceunah mah kalau kata Jordin Sparks si american idol.

Tapi ini juga belum selesai. Belum ada apa-apanya juga. Perjalanan masih panjang dan transformasi itu harus terus berjalan. Tidak ada kata berhenti sampai tiba saatnya kita kembali pada-Nya.

Bersyukur juga punya blog. Padahal dulu itu saya juga nggak suka-suka banget nulis. Ternyata tulisan-tulisan itu bukan sekedar tulisan. Ia adalah bagian dari memori, ia juga bagian dari nasihat untuk diri sendiri.

Eh iya, selain cerita tentang transformasi diri saya, saya juga mau cerita sekilas tentang transformasi beberapa adik-adik saya di Gamus. Adik-adik saya itu macam-macam. Ada yang dulu pendiam banget sama persis kayak saya jaman baheula, ada juga yang galau banget, ada yang entah gemingnya seakan tak terdengar. Terus mereka bertransformasi menjadi sosok yang menurut saya amazing. Kalau saya perhatikan jalan ceritanya, mereka pun melalui proses yang panjang. Mengaplikasikan niat baik yang mereka punya dengan aksi-aksinya. Ikut seminar-seminar, kepanitiaan, lomba, training, dsb. Terus saya jadi teringat sama lagunya Taylor Swift yang "Everything Has Changed" (*apasiihh). Saya benar-benar kagum dengan mereka yang bisa bertransformasi seperti itu. Mereka membuat saya berpikir "Apakah transformasi saya sudah sejauh mereka?!". Saya hanya berharap, semoga saya bisa terus bertransformasi ke arah yang positif. Mungkin tak sehebat mereka, tapi setidaknya menjadi pribadi yang sedikit-demi sedikit semakin menjadi lebih baik dan terus menebar manfaat.

2 comments:

  1. Oh ya gitu teh habis diberesin? asa ngga kelihatan bedanya.. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kan bertahap, bal. Sblm nya benerin template (size kolom kanan, tengah, kiri) sama SEO.Kemarin itu benerin label. Jadi emang nggak begitu keliatan perubahannya. Tapi ada yg berubah koq.. He

      Delete