Friday, September 26, 2014

Gaya Hidup Vs Biaya Hidup

Saya ingin berbagi tentang sebuat kisah menarik yang patut disimak, terutama bagi yang selalu merasa gajinya/uang bulanannya tidak pernah cukup. Tapi, sebelumnya saya mau cerita sedikit tentang pengalaman saya.

Dulu pernah ada seorang rekan kerja yang bilang ke saya "Ah, elo mah enak bokap nyokap lo tajir" atau "elo mah tajir, duitnya banyak". Saya hanya bisa tersenyum dan mengaminkan perkataan tersebut (semoga rezeki saya & orang tua saya makin melimpah dan berkah) setiap kali ada orang yang berkata seperti itu, karena memang seringkali orang mengatakan hal itu kepada saya jika mereka tau pekerjaan orang tua saya.

Padahal sejak saya bekerja, saya sama sekali tidak pernah meminta atau menerima uang sepeser pun dari kedua orang tua saya. Begitu juga saat kuliah dulu, sejujurnya uang bulanan saya seringkali habis saya gunakan untuk kebutuhan kuliah, organisasi, dan juga obat-obatan herbal untuk kesehatan saya (nggak perlu saya bilang obat untuk apa ya) dan saya tidak pernah meminta uang lebihan. Tapi sesekali alhamdulillah saya masih bisa nraktir teman-teman kosan atau jalan-jalan bareng sahabat-sahabat tercinta. Jadi kalau ada cerita anak kosan yang pernah mengalami sisa uang tinggal Rp.5.000,- untuk kebutuhan satu minggu.. ya, saya juga mengalami itu.

Penghasilan yang saya dapat dari gaji memang tidak begitu besar, sama dengan rekan-rekan kerja saya yang lainnya. Tapi alhamdulillah dengan gaji yang seadanya itu saya masih bisa nabung, mentraktir adik-adik, shopping, dan isi bensin pakai pertamax (bukan sombong ya, cuma mau berbagi aja). Orang-orang hanya melihat seakan-akan saya punya banyak uang untuk saya hambur-hamburkan karena dapat kucuran uang dari kedua orang tua, padahal semua itu kuncinya ada di gaya hidup dan pengaturan keuangan. Saya bisa seperti itu karena saya rajin menabung dan saya alokasikan semua uang yang saya punya dengan sebijak mungkin. Nggak asal.

Kalau diperhatikan, seringkali orang itu banyak yang menggunakan uang layaknya sungai yang mengalir. Setelah gajian langsung dipakai ini-itu tanpa perencanaan yang matang tentang keuangan. Yang ada, baru pertengahan bulan kondisi keuangan sudah mendekati sekarat dan di akhir bulan napas berubah jadi kembang-kempis ibarat orang sakaratul maut kali ya.

Saya heran kalau melihat orang yang gajinya tidak seberapa tapi doyannya jalan-jalan, shopping, gonta-ganti gadget, dll. Kendaraan dimodif-modif yg efeknya jadi lebih boros bensin, lebih mementingkan penampilan ketimbang hidup hemat berkecukupan. Giliran duit habis malah ngomel-ngomel nyalahin perusahaan karena ngasih gajinya cuma sedikit. Tabungan pun nggak ada.

Kalau gaji belum terlalu besar ya jangan sering jajan-jajan atau hidup bermewah-mewahlah. Having fun itu memang perlu, tapi kalau penghasilan masih belum begitu besar ya cukup sekali-kali aja. Dibatasi misalnya sekali dalam sebulan.

Saya pribadi selalu mengusahakan sarapan di rumah dan membawa bekal dari rumah untuk makan siang. Bekalnya pun cukup sederhana dan seadanya. Tahu, tempe, telur, sesekali ayam atau ikan. Kemudian saya alokasikan minimal 20% dari penghasilan untuk nabung, sedekah setidaknya 2.5 - 5%, bensin & parkir untuk satu bulan, pulsa HP untuk satu bulan, depresiasi biaya service motor untuk dua bulan, dll. Sisanya barulah digunakan untuk biaya having fun atau jajan sekali-sekali. Namanya juga sisa, jadi nggak banyak-banyak. Kalau saya selalu menyediakan biaya khusus untuk having fun bareng teman dan juga having fun (nraktir) adik-adik. Tapi tetap di-budget, jadi nggak bakal over. Kalaupun mau having fun yang butuh biaya gede (misal: ngadain perjalanan liburan) berarti harus nabung (mengakumulasikan budget having fun) beberapa bulan.

Jadi sebenarnya kunci dari segalanya itu tergantung pada GAYA HIDUP dan syukur. Kalau dari kitanya aja nggak pernah syukur, gimana mau berasa cukup?! Ingat, Allah akan menambah nikmat pada kita jika kita bersyukur.

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih" (QS. Ibrahim:7)
Semoga kita bisa menjadi lebih bijak dalam mengalokasikan keuangan kita dan semoga Allah selalu mencukupkan segala kebutuhan kita.. Aamiiin

Sekarang, silahkan disimak kisah dalam sebuah tulisan berjudul Pelajaran Berharga dari Seorang OB. Semoga sobat sekalian bisa mengambil hikmahnya. 

Saturday, September 20, 2014

Lagi-Lagi Tentang Gamus..


Malam ini tiba-tiba saja saya mendadak mellow melihat foto-foto terbaru bersama para sahabat Gamus sambil ditemani musik instrumen milik Yiruma. Jadi berasa makin romantis deh kan. Kalau dipikir-pikir, momen mellow ini selalu muncul beberapa waktu kemudian setelah saya mendapatkan momen berkumpul bersama sahabat Gamus. Di tahun ini, sebelumnya di akhir bulan Juni kemarin ada Meet and Great Sahabat Gamus yang diinisiasi angkatan 2007. Kemudian yang terbaru adalah acara walimatul ‘ursy salah seorang sahabat kami, Elissa Kurnia Dini alias E’el, yang baru saja berlangsung kemarin (Ahad, 14 September 2014). 

You know lah ya masa-masa setelah lulus kuliah itu acara nikahan udah jadi semacam sarana reunian. Senangnya double, pertama senang karena sahabat kita nikah dan yang kedua senang juga karena kita bisa bertemu dan bercengkrama dengan sahabat-sahabat lainnya. Bahkan 2 jam itu nggak kerasa apa-apa saking menikmatinya momen pertemuan berharga itu. Kadang kita saling kagum dengan perubahan dan pencapaian sahabat kita, kadang kita juga tertawa kecil melihat tingkah konyol yang masih saja kuat melekat pada diri mereka. Ah, ya Allah.. Terima kasih Engkau telah mempertemukanku dengan mereka.

Sejujurnya, dulu saya termasuk dalam tipe orang yang anti-sosial. Walaupun sebenarnya saya cukup aktif di beberapa ekskul sekolah dan saya juga tidak mengalami kendala dalam hal pertemanan. Tapi, saya tidak pernah membiarkan orang lain masuk dalam kehidupan saya dengan predikat sebagai seorang sahabat. Rasanya saya tidak begitu percaya diri untuk menyebut mereka "sahabat" karena sayapun bukanlah sosok yang bisa mereka andalkan sebagai sahabat. Entah apa yang membuat saya seperti itu. Mungkin karena saya terlalu takut untuk mengalami kekecewaan.

Lambat laun, sayapun merasa begitu kesepian meski sebenarnya saya sudah dikelilingi oleh sahabat-sahabat yang sudah banyak mengisi dan memberi warna dalam hari-hari saya. Akhirnya, saya putuskan untuk benar-benar belajar memahami apa itu makna dari sebuah persahabatan. Tiga tulisan ini adalah tulisan yang saya buat dalam perjalanan menemukan makna sebuah persahabatan, satu di antaranya merupakan tulisan yang tidak sengaja saya temukan entah siapa penulisnya. Salah satu dari sekian kisah pembelajaran itu adalah dipertemukannya saya dengan sahabat-sahabat istimewa di Keluarga Muslim (Gamus) IM Telkom.

Sayangnya, kini nama itu tinggallah sebuah nama karena kini ia telah bertransformasi menjadi LDK Al-Fath Universitas Telkom, melebur bersama empat lembaga dakwah kampus (LDK) yang ada di masing institusi. Ya, karena kini tidak ada lagi IM Telkom, IT Telkom, STISI, ataupun Politeknik Telkom. Kini hanya ada Universitas Telkom dengan Al-Fath sebagai salah satu LDK di dalamnya. Namun, bagi kami nama Gamus akan selalu melekat dalam ingatan kami. Bahkan saking mellow nya di masa pembubaran Gamus, saya sampai membuat puisi Seuntai Kata untuk Gamus.

Saat saya melihat foto-foto bersama sahabat Gamus, ingatan ini seakan flashback secara otomatis beberapa tahun yang lalu sejak jaman-jaman kami masih menyandang status mahasiswa. Main sama-sama, organisasi sama-sama, ada beberapa yang magang pun sama-sama, gila sama-sama, berantem, dll. Usia, angkatan, atau asal daerah tidak jadi masalah bagi kami. Kakak senior bagaikan kakak sendiri, adik junior bagaikan adik sendiri, teman seangkatan bagaikan saahabat seperjuangan. Kita tumbuh menjadi sebuah keluarga istimewa, Keluarga Muslim.

Tak peduli sudah berapa lama kami terpisah setelah melewati pintu gerbang tempat bersejarah itu (IM Telkom).. Hingga saat ini, bahkan tiap momen pertemuan bersama mereka sungguh berarti. Semoga Allah selalu memberikan kami kesempatan untuk bisa menjalin kemesraan persahabatan ini sampai nanti sudah pada nikah, sudah pada punya anak, dst. Love you full, Guys!

GAMUS always full of LOVE

NB:
Ada kutipan bagus nih yang menurut saya ini bener banget. Kata-kata ini saya dapat dari film X-Men terbaru, Days of Future Past.

Just because someone stumbles, loses their way..
It doesn't mean they're lost forever 
Sometimes we all need a little help
I'm not the man I was, I opened my mind
It almost overwhelms me
You're affraid
It's not their (people) pain you're afraid of
It's yours
And as frightening as it may be, that pain will make you stronger
If you allow yourself to feel it, embrace it
It will make you more powerful than you ever imagined

Hanya karena seseorang kehilangan arah, bukan berarti tersesat selamanya. Terkadang kita semua membutuhkan sedikit bantuan. Seringkali apa yang kita takutkan, sebenarnya adalah ketakutan pada diri kita sendiri. Tapi, jika kita siap untuk merasakan dan merangkulnya, ketakutan itu akan berubah menjadi sebuah kekuatan yang bahkan tidak pernah kita bayangkan. Daann.. itulah yang sudah saya rasakan.



Baca juga hikmah pengalaman transformasi diri saya pada tulisan berikut: Berproses dalam Hidup

Sunday, July 06, 2014

Modus, Jaga Ia Jika Kau Mencintainya

Modus.. Modus..
Hentikanlah segala modus itu
Jika kau ingin mendekati hati seseorang
Maka dekatilah Sang Maha Pemilik hatinya
Come on.. 
Jangan gadaikan dirimu dalam jalan yang tidak sesuai dengan aturan-Nya hanya karena kau terlalu takut kehilangannya
Kau terlalu pengecut..
Terlalu terburu-buru

Bangunlah cintamu di bawah naungan-Nya jika kau memang mencintainya
Jangan justru kau jatuhkan ia dalam kemaksiatan yang kau bilang itu adalah cinta
Tidak, itu bukan cinta..
Itu adalah nafsu..

Jika kau mencintainya, seharusnya justru kau akan menjaganya
Diamlah, jika perlu menjauh..
Cukup cintai ia dalam diammu
Itu jika kau belum siap untuk membangun keluarga bersamanya
Tidak perlu kau tebar modus-modusmu yang memberi banyak peluang untuk ladang kemaksiatan
Jika kau sudah diam dan menjauh namun ternyata ada yang mendahuluimu menjadi pemilik hatinya, tenanglah..
Itu berarti ia bukanlah jodohmu
Tapi cinta yang telah kau bangun karena-Nya tidak akan runtuh begitu saja
Justru dengan cintamu itu, Dia akan menyandingkanmu dengan jodoh terbaik pilihan-Nya

NB:
Teruntuk para moduser

Baca juga: It's about VMJ

Wednesday, May 21, 2014

Berproses dalam Hidup

Malam ini saya mau sedikit berbagi tentang apa itu berproses dalam hidup saya. Saya dapat inspirasi untuk membuat tulisan ini hasil dari kegiatan rapih-rapih blog yang baru aja beres. Jadi bukan cuma rumah atau kosan aja yang perlu dirapihin, blog juga perlu dirapihin.. Ibaratnya para pembaca itu adalah tamu dan saya sebagai penulis adalah tuan rumah. Jadi saya pengen aja gitu orang-orang yang berkunjung ke blog ini betah alias nyaman.

Nah! Dari kegiatan rapih-rapih itu ternyata mengharuskan saya untuk berinteraksi kembali dengan tulisan-tulisan lama saya. Ternyata ada tulisan-tulisan dengan gaya AL4y ABG. Saya sampai kaget sendiri, "Wow! Seriously?! Yeah, That was me!"..hahhaa. Huruf-huruf itu sengaja nggak saya edit biar sewaktu-waktu bisa mengingatkan saya kembali tentang masa-masa ABG saya yang AL4y.. (n_n)

Saya juga terheran-heran dengan tulisan-tulisan saya yang banyak mengingatkan pada pengalaman pahit di masa-masa SMA yang pernah saya alami, mulai dari kisah persahabatan, keluarga, sampai penyakit. Jujur saya sudah lupa, terutama dengan peristiwa yang paling menyayat hati. Dulu tiap kali saya teringat peristiwa itu rasanya hati saya sakit bagaikan ditusuk-tusuk paku. Bisa dibilang itu adalah fase tersulit dalam hidup saya yang rasanya kepingin banget buat berontak. Mungkin karena pada saat itu pun memang masih masa-masa pencarian jati diri juga ya. Jadi masih ababil.

Saya memang bisa saja saat itu berontak dan berlari ke jalur yang salah. Tapi saya bersyukur karena Allah masih membimbing saya sehingga saya nggak sampai masuk ke jalur yang salah layaknya anak-anak bermasalah pada umumnya. Ini pun berkaitan dengan sebuah pilihan sebenarnya. Apakah saat kita menghadapi masalah kita mau melakukan sesuatu yang nantinya akan merugikan diri sendiri atau justru memilih bertahan pada jalur yang baik. Dulu saya melampiaskan semua permasalahan itu adalah melalui hobi. Berhubung saya suka banget sama olahraga, jadi saya aktif di klub taekwondo juga futsal perempuan. Hampir satu sekolahan tahu bahwa siswi tomboy berkerudung dengan behel yang jadi kapten futsal perempuan itu adalah saya. Tapi kalau sekarang saya bershilaturrahim ke SMA, nggak akan ada yang percaya bahwa dulu saya adalah kapten futsal dan ketua ekskul taekwondo.. hahhaa

Pasti banyak yang nggak nyangka kalau saya itu dulu tomboy banget. Kayak preman deh pokoknya. Mungkin orang lain cuma bisa geleng-geleng kalau ngelihat saya.. hehe. Makanya pas saya berubah untuk berkomitmen pakai rok dan busana yang lebih muslimah itu semuanya pada heboh alias shock, tanpa terkecuali. "Wiih! Syifa jadi cewek sekarang", emang menurut lo dulu apaan?. "Beuh! Jadi akhwat dia. Ukhti-ukhti..", dari dulu juga saya emang akhwat kelleeuuuss masa ikhwan. "Syifa?! Lo pakai rok sekarang?!", berasa saya pakai apa aja gtu ya. Terus ada juga yang bilang kalau saya ini mirip kayak perempuan-perempuan teroris yang waktu itu lagi booming. Mendengar kata-kata itu rasanya tuh JLEB banget. Padahal jauh banget bedanya.. hikshiks.

Tapi mungkin karena waktu itu di lingkungan tempat saya tinggal memang masih limited edition banget perempuan yang memakai jilbab panjang dan rok, jadinya itu dirasakan sebagai sesuatu yang gimana gitu. Saya anggap saja itu maklum, tetap positive thinking aja, dan lebih memantapkan hati kembali. Aahh.. nggak boleh goyah. Okay, mungkin saya berbeda. Tapi apa yang salah kalau kita berbeda dalam kebaikan? Justru itulah yang harus diperjuangkan. Lalu saya berpikir bahwa mungkin justru karena hal inilah semakin sedikit orang-orang yang berani tampil beda atau melakukan sesuatu yang tidak banyak dilakuan orang lain dalam kebaikan. Banyak orang yang jadinya hanya ikut-ikutan, memilih jalan yang banyak dilalui orang pada umumnya, meski jalan itu tidak sesuai atau kurang tepat.

Semua selentingan yang ada nggak pernah saya hiraukan. Cukup saya berikan mereka senyuman termanis dari wajah saya.. hihhiii. Sekarang pun mereka udah terbiasa koq akhirnya. Jadi, semua itu hanya soal waktu. Banyak orang yang mau berubah itu terlalu banyak mikir tentang respon dan "apa kata orang nanti?". Itu mah nggak perlu dipikirin. Apalah artinya kata orang (pandangan manusia)? Yang penting itu pandangan Allah koq. Selama perubahan yang kita niatkan itu adalah kebaikan, lakukanlah. Perihal respon (ejekan, tentangan, dll) dari orang lain itu cuma masalah waktu yang pada akhirnya mereka pun akan terbiasa dengan perubahan kita. Mereka cuma butuh adaptasi koq. Jadikan saja itu sebagai tantangannya, karena Allah pun menguji keistiqamahan seseorang dengan memberikan kondisi-kondisi yang terbalik atau bertentangan. Kalau di awal-awal ujian aja udah nyerah, gimana mau survive?

Lanjut cerita tentang masa-masa sulit waktu SMA, saya berusaha belajar sedikit demi sedikit, merenung, dan mengambil hikmah. Saya nggak pernah curhat ke orang, jadi saya berusaha survive sendiri, termasuk dalam hal pengobatan penyakit saya yang cukup menguras uang saku.. hihhiii. Tapi walau banyak menguras uang saku, saya heran kenapa saya nggak kurus-kurus ya waktu itu? Eh, apa kurus terus jadi gemuk ya? Yaudah siihh nggak penting juga kan itu.. he. Nah lanjut cerita, dalam keadaan si saya yang mencoba buat survive sendiri itu, saya punya tekad bahwa saya harus keluar dari belenggu kesedihan yang nggak karuan dan menjadi pribadi yang setidaknya lebih baik. Istilahnya membuka lembaran baru deh. Transformasi itu saya lakukan mulai dari awal masuk kuliah. Saya cari-cari tahu tentang LDK yang ada di kampus, rutin mendengarkan siaran radio MQ FM, dan aktif di DKM yang ada di dekat kosan.

Luar biasanya Allah ngasih saya banyak banget jalan. Seolah-olah tuh kayak dipermudah. Saya dipertemukan dengan UKM/LDK Gamus yang banyak banget jasanya dalam membina karakter saya, sampai-sampai saya ngerasa nggak tega banget kalau harus benar-benar meninggalkan dia gitu aja. Rasanya saya sudah terlalu sayang dengan organisasi itu dan segala kenangannya. Di Gamus saya bertemu dengan sahabat, kakak, dan adik yang entahlah.. undefined. Pokoknya sesuatu banget. Terus saya dipertemukan juga dengan DKM Baabul Firdaus yang banyak mengajarkan saya tentang makna sebuah persaudaraan dan terakhir saya dipertemukan dengan Bekam & Ruqyah Center dari siaran MQ FM yang alhamdulillah membantu saya bisa jadi lebih sehat lewat terapi bekam dan herbalnya.

Coba deh pikir, masa iya bisa kebetulan tiba-tiba ada jalan tapi sekaligus satu paket gitu. Seakan semua masalah saya langsung ada jalan keluarnya. Kalau direnungkan kembali, semua pertemuan itu nggak akan bisa terjadi gitu aja tanpa izin dan kekuasaan Allah. Dari proses transformasi itu saya mendapatkan suatu pelajaran bahwa memang benar pribahasa yang mengatakan "Dimana ada kemauan, disitu ada jalan". Tapi kemauan di sini bukan hanya kemauan, melainkan juga disertai dengan aksi (ex: ikut banyak kajian/ seminar/ organisasi untuk mengembangkan potensi dan karakter, buat akhwat yang mau belajar pakai rok dan jilbab syar'i langsung aja pakai). Percuma aja kalau kitanya udah mau, tapi buat usaha atau aksinya nggak ada. So, kalau emang ada niatan baik untuk bertransformasi ke arah yang lebih baik, jangan ditunda-tunda. Nggak perlu banyak ini-itu, langsung Take Action. Semakin ditunda-tunda, semakin mudah lah syetan menipu daya kita dengan menanamkan pikiran-pikiran aneh yang semakin membuat kita ragu untuk memulai melalui bisikan-bisikannya. Seolah-olah banyak kondisi yang nggak memungkinkan, padahal mah biasa aja. "Mau gini tapi blablabla, nanti deh kalau udah blablabla". Yang ada makin lama ditunda, makin banyak pula kata "tapi" dan "nanti". Alhasil nggak tau sampai kapan..

Sekarang saya sudah lulus, sudah jadi alumni, dan jadi kakak dari banyak adik-adik. InsyaAllah udah nggak galau-galau lagi dan ya.. This is my now, gitu ceunah mah kalau kata Jordin Sparks si american idol.

Tapi ini juga belum selesai. Belum ada apa-apanya juga. Perjalanan masih panjang dan transformasi itu harus terus berjalan. Tidak ada kata berhenti sampai tiba saatnya kita kembali pada-Nya.

Bersyukur juga punya blog. Padahal dulu itu saya juga nggak suka-suka banget nulis. Ternyata tulisan-tulisan itu bukan sekedar tulisan. Ia adalah bagian dari memori, ia juga bagian dari nasihat untuk diri sendiri.

Eh iya, selain cerita tentang transformasi diri saya, saya juga mau cerita sekilas tentang transformasi beberapa adik-adik saya di Gamus. Adik-adik saya itu macam-macam. Ada yang dulu pendiam banget sama persis kayak saya jaman baheula, ada juga yang galau banget, ada yang entah gemingnya seakan tak terdengar. Terus mereka bertransformasi menjadi sosok yang menurut saya amazing. Kalau saya perhatikan jalan ceritanya, mereka pun melalui proses yang panjang. Mengaplikasikan niat baik yang mereka punya dengan aksi-aksinya. Ikut seminar-seminar, kepanitiaan, lomba, training, dsb. Terus saya jadi teringat sama lagunya Taylor Swift yang "Everything Has Changed" (*apasiihh). Saya benar-benar kagum dengan mereka yang bisa bertransformasi seperti itu. Mereka membuat saya berpikir "Apakah transformasi saya sudah sejauh mereka?!". Saya hanya berharap, semoga saya bisa terus bertransformasi ke arah yang positif. Mungkin tak sehebat mereka, tapi setidaknya menjadi pribadi yang sedikit-demi sedikit semakin menjadi lebih baik dan terus menebar manfaat.

Tuesday, May 20, 2014

Bola Itu Bulat

Ceritanya tiba-tiba saya mau ngebahas tentang sebuah "bola"
Kenapa? Karena saya suka banget sama benda yang namanya "bola"
Saya suka sama bentuknya yang bulat dan bisa mantul-mantul kalau dilempar *apasihh
Ok, pendahuluan di atas itu nggak penting sebenarnya.. mohon abaikan saja.. he

Jadi gini, waktu saya lagi main-main sama bola yang ada di kamar saya, tiba-tiba saya terinspirasi akan sesuatu..
Mungkin sudah sering kita mendengar tentang sebuah filosofi yang mengatakan bahwa semakin keras bola dibanting, maka semakin tinggi pula ia melambung ke atas
Filosofi itu punya makna bahwa masalah/ujian yang kita hadapi itu sebenarnya merupakan suatu sarana bagi kita untuk menaikkan level alias menjadikan diri kita pribadi yang lebih baik
Makin berat ujiannya, makin tinggi pula level kualitas diri kita kalau mampu melewatinya
Tapi sekarang saya bukan mau cerita tentang filosofi itu
Saya mau cerita tentang filosofi lain

Bicara soal bola yang selalu memantul ke atas saat ia dibanting dan semakin keras bantingannya maka akan semakin tinggi pula ia melambung
Tidak semua bola bisa memantul seperti itu
Itu hanya berlaku untuk bola yang penuh terisi angin
Bagi bola yang kempes, prinsip itu tidak berlaku karena bola tersebut tidak bisa memantul
Semantul-mantulnya bola itu akan tetap berada di bawah dekat dengan permukaan dimana ia dibanting

Angin dalam bola itu ibarat kadar keimanan kita
Bantingan itu ibarat ujian/masalah yang kita hadapi
Sebagaimana angin dalam bola, keimanan pun butuh dipompa (di-recharge)
Tidak bisa didiamkan begitu saja
Kalau tidak pernah dipompa, keimanan itu juga bisa makin kempes
Kalau kadar keimanan seseorang itu full atau setidaknya terisi banyak, seberat apapun masalah yang dihadapi insyaAllah tidak akan jadi masalah
Tetap semangat, ridha, dan optimis..
Tapi kalau kadar keimanannya sedang minim/kempes (futur), ini yang jadi masalah
Hasilnya akan sama kejadiannya seperti bola yang kempes, saat dapat masalah jadinya susah bangkit, berat, lemah semangat, menjalani hidup seakan tanpa nyawa/ruh, dsb.
Jangankan saat ada masalah, saat tidak bertemu masalah pun tanpa disertai keimanan bisa menjadikan kita salah niat dalam beraktifitas atau bahkan melakukan aktifitas tanpa ruh

Keimanan itu adalah input terpenting
Keimanan itu adalah segalanya
Dari keimananlah bisa muncul berbagai macam sifat maupun sikap positif
Semangat, positive thinking, optimis, yakin, dsb.
Kadang kita lupa akan kebutuhan input itu karena terlalu banyaknya aktifitas
Padahal aktifitas yang kita lakukan itu adalah bentuk dari output
Output itu adalah hasil pengolahan dari berbagai input
Bayangkan kalau tiap hari kita mengolah input yang kita punya untuk menghasilkan output, tapi input kita sendiri tidak pernah diisi ulang
Otomatis makin habis, kering, kopong, dsb.

So, sesibuk apapun kita.. jangan lupa untuk terus mengisi keimanan kita, baik itu dengan ibadah-ibadah harian maupun kajian-kajian keilmuan
Karena pompa keimanan itu adalah kebutuhan kita

Menghadapi Ujian, Ini Bukan Tentang "Masalah"

Dia yang tersenyum bukan berarti tak pernah menangis
Dia yang sehat bugar bukan berarti tak pernah terkapar sakit
Dia yang berada di puncak kegemilangan bukan berarti tak pernah tersungkur di lembah kegagalan
Dia yang melangkah dengan mantap bukan berarti tak pernah terhenti dalam kebimbangan
Dia yang dikagumi bukan berarti tak pernah dipandang sebelah mata
Dan masih banyak lagi dia-dia yang lain..

Intinya.. Hidup ini balance, Kawan. Ada susah, ada senang. Ada ujian, ada nikmat/karunia. Ibarat sebuat roda yang berputar, adakalanya tiap bagiannya itu berada di atas dan adakalanya pula berada di bawah. Masalah itu akan selalu ada dan menghampiri kita. Tapi justru dengan masalah itulah yang akan melatih kita (memberi peluang) menjadi insan yang lebih baik. Masalah itu adalah tarbiyah istimewa dari-Nya. Perumpamaannya itu bagaikan sebuah kendaraan yang baru bisa bergerak maju hanya jika tejadi gaya gesek antara permukaan roda dan jalan. Tanpa gaya gesek itu, roda kendaraan akan "slip" dan kendaraan pun tidak bisa bergerak. Begitu juga dalam hidup, kita butuh gesekan-gesekan yang akan melatih dan membuat kita lebih baik dari masa ke masa.

Tapi kenapa dia yang sebenarnya sedang dirundung masalah bisa terlihat biasa-biasa saja atau bahkan tersenyum dengan wajah yang sumringah nan menyejukkan?? Dia bukan sok kuat atau sok tabah. Ini bukan tentang itu, tapi ini tentang sebuah cara/jalan yang dia dipilih. Ketahuilah bahwa sebenarnya bukan "masalah" lah yang akan menjadi masalah kita, melainkan bagaimana cara kita menghadapi "masalah" tersebut.

Jadi poin penting dari semua masalah kita itu sebenarnya adalah cara/jalan yang kita pilih. Sebagai umat yang mempercayai akan adanya Allah, sudah seharusnya kita serahkan segala urusan kita pada-Nya. Mulailah dengan penerimaan. Penerimaan di sini maksudnya kita ridha akan ujian yang Ia berikan kepada kita. Apapun yang terjadi, tetaplah berprasangka baik pada Allah (husnudzan billah) bahwa Ia selalu punya rencana yang lebih baik dari segala perencanaan yang kita pikirkan. Hanya saja seringkali logika kita tidak sampai untuk menalar skenario-Nya dan malah lebih terfokuskan pada ujian/masalahnya, bukan pada hikmahnya.

So, kita memang harus berlatih untuk bisa memfokuskan diri pada hikmah dari tiap kejadian/ujian (menjadi ahli hikmah). Untuk melatihnya pun tentu tidak bisa hanya dengan satu permasalahan kan. Butuh berkali-kali, namanya juga latihan. Jika kita sudah terbiasa dengan fokus pada hikmah, insyaAllah akan menjadikan kita tidak mudah down, stres, ataupun mengeluh saat ujian itu datang, bahkan sebaliknya kita justru akan bersyukur karena kita tahu akan hikmah dibalik ujian tersebut.

Satu hal, kita harus selalu yakin bahwa ada maksud dari tiap ujian yang diberikan Allah kepada kita. Bisa jadi Dia sedang mengingatkan kita, bisa jadi Dia ingin menaikkan level kualitas diri kita, bisa jadi Dia menguji untuk mengimbangi dosa-dosa kita yang sudah terlalu banyak dengan pahala, atau bisa jadi Dia memang sedang menguji sejauh mana keimanan kita.

"Apakah manusia menyangka bahwa mereka akan dibiarkan saja berkata kami beriman, padahal mereka belum diuji" (QS. Al-Ankabut: 2)

Jika kita meyakini Allah itu ada dan mengakui bahwa Dia lah yang Maha Besar, lalu mengapa masih saja gundah gulana? Bukankah Ia berjanji bahwa bersama kesulitan itu ada kemudahan? Bukankah sudah jadi ketentuan-Nya pula bahwa Ia tidak akan menguji seorang hamba di luar batas kemampuannya? Itu berarti Allah tahu bahwa kita mampu menghadapinya.

Pertolongan Allah itu luas. Kita tidak perlu memikirkan darimana datangnya pertolongan itu karena bahkan logika kita tidak akan mampu mencapainya. Biarkan skenario Allah yang bercerita. Sesungguhnya Ia akan mengirimkan pertolongan-Nya dari arah yang tak disangka-sangka.

Cukup berprasangka baik saja pada-Nya karena Ia sebagaimana persangkaan kita. Allah knows the Best. Bukan kah kita semua menginginkan hal-hal yang baik? Lalu mengapa kita tidak berprasangka yang baik pula pada-Nya?

Mungkin kita memiliki masalah yang begitu Besar, tapi ingatlah bahwa kita memiliki Allah yang Maha Besar

Teguhkan Pendirian, maksimalkan Ikhtiar, terus Berdo'a, dan.. Keep Fighting!! SemangKa!!

Monday, April 28, 2014

Menjadi Wanita Berkarakter

Alhamdulillah Jum’at kemarin ceritanya saya dapet kesempatan buat berbagi di kelas keputrian yang diadain sama LDF Al-Fath TEBS. Padahal rencana awalnya itu kepingin shilaturrahim aja sama Kemuslimahan Al-Fath TEBS dengan jadi peserta biasa. Berhubung udah lama juga, akhirnya dengan mantap saya meng-iya-kan permintaan dari adik-adik tercinta itu. Yah walaupun pas penyampaian materi mungkin nggak se-yahud dulu waktu masih aktif di kepengurusan. Maklum udah lama nggak bercuap-cuap jadi pemateri, jadinya agak-agak gimana gitu rasanya..hehe

Nah, di kesempatan kemarin saya ngasih materi sebagaimana yang ada di judul tulisan ini, yaitu tentang Menjadi Wanita Berkarakter. Karakter itu sendiri adalah potret diri seseorang atau ketegasan suatu sikap yang tercermin pada tingkah laku seseorang yang membedakan dirinya dengan yang lainnya. Kenapa saya milih materi tersebut? Karena jika kita perhatikan, banyak sekali fenomena tentang krisis kepribadian (karakter) di tengah zaman yang kian nggak karuan ini, terlebih lagi dalam konteks kita sebagai seorang muslimah. Kebanyakan dari sebagian orang hanya bisa terbawa trend (ikut-ikutan) tanpa lebih memikirkan lagi baik/buruknya trend tersebut atau sesuai/tidak kah trend tersebut dengan aturan Allah. Padahal seharusnya kita mampu membuat/punya trend kita sendiri sebagai seorang muslimah dan punya prinsip yang kuat.

Contoh trend yang sekarang banyak membuat krisis kepribadian itu di antaranya istilah "Kepo" sudah mempersempit makna dari sebuah kata "Peduli". Banyak orang yang jadi ciut nyalinya untuk peduli/perhatian kepada orang lain/sesuatu hanya karena takut/nggak mau dibilang kepo, bahkan untuk niat kebaikan sekalipun. Jika karakter kita nggak mengalami krisis, maka kita bisa menjawab dengan tegas "Ya saya memang perlu tau karena itu kan menyangkut pekerjaan kita" atau "Saya itu peduli/perhatian, bukan sekedar mau tau urusan orang", dsb. Ada juga saat orang lain curhat eh malah bilang "Terus gw harus bilang Wow gtu?!" atau "Itu sih derita lo". Ada orang yang ngasih nasihat karena peduli sama kita eh malah bilang "Terus masalah buat lo?!", dsb. Kita harus sadar bahwa sebenarnya trend kata-kata ini sudah menghilangkan budaya sopan santun dan empati kita, juga mengajarkan kita untuk semakin individualis dan berbuat semau gw (nggak mau nerima kritik/masukan). Parahnya lagi kata-kata seperti itu bisa membuat orang lain sakit hati. Padahal islam sendiri mengajarkan kita untuk senantiasa bertata krama, peduli, dan saling menasihati.

Contoh lain dari sebuah krisis kepribadian adalah seseorang yang terlahir sebagai seorang wanita teapi ia ingin menjadi seorang laki-laki atau sebaliknya, juga termasuk di dalamnya adalah persoalan seorang wanita beragama islam (muslimah) tetapi ingin berpenampilan sebagaimana wanita-wanita di luar agama islam. Jika karakter kita kuat, maka tidak peduli seperti apapun dunia ini berputar, kita akan tetap bangga dan kokoh dengan kemuslimahan kita. Mungkin sahabat pernah menemukan kejadian di mana seorang wanita yang dulunya istiqamah dengan busana syar’i namun tiba-tiba berubah setelah memasuki dunia kerja menjadi busana yang kurang menutupi aurat (memperlihatkan lekuk tubuh, jilbab pendek, lengan baju ¾, dsb.) hanya agar terlihat fashionable mengikuti trend saat ini dan nggak mau/takut dibilang ketinggalan zaman, anak pesantren, atau ibu-ibu pengajian. Tentu hal ini adalah suatu kemunduran akibat dari terjadinya krisi kepribadian. Padahal nggak ada istilah ketinggalan zaman untuk busana syar'i karena aturan agama itu berlaku sepanjang masa. Selain itu, dari perusahaan-perusahaan sendiri tidak ada aturan khusus yang melarang seorang muslilmah mengenakan busana syar'i, kecuali untuk posisi-posisi tertentu seperti pramugari, customer service, dll. (saran saya: maka indarilah pekerjaan-pekerjaan untuk posisi tersebut).

So, kita jangan hanya ngikutin/kebawa arus trend yang sebenarnya sifatnya optional, ngikut gitu aja bagaikan aliran air. Padahal air itu kan mengalir makin lama makin ke bawah. Kita harus memikirkan sacara jelas dan tahu apa alasan kita melakukan sesuatu. Jangan hanya mengikuti zaman karena zaman itu makin lama akan semakin rusak. That’s why, kita harus jadi muslimah yang berkarakter.

Dari Anas r.a. Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Tidaklah datang kepada kalian hari atau zaman kecuali yang setelahnya itu lebih buruk (dari sebelumnya)” [HR.Bukhari & Ahmad]

Sekarang kita bahas, apa aja sih yang dibutuhin biar kita bisa jadi wanita yang berkarakter dan nggak terjangkit yang namanya krisis kepribadian?

Visi dan Misi
Visi utama yang harus kita pegang sebagai makhluk ciptaan-Nya adalah masuk ke dalam surga-Nya. Pasti di antara kita ingin kan masuk surga? Saya teringat sewaktu saya kuliah Leadership dulu, dosen saya bilang bahwa visi yang baik adalah sesuatu yang sulit untuk dicapai. Visi ini berbeda dengan tujuan atau target yang pencapaiannya dapat dilihat/diukur secara langsung. Namun, visi inilah yang akan menjadikan guide line kita. Kita nggak akan pernah tahu apakah kelak kita benar-benar dimasukkan ke dalam surga oleh-Nya, tapi insyaAllah semoga dengan visi tersebut akan membawa kita menjadi pribadi dengan amalan-amalan para ahli surga, yang kemudian bisa mengantarkan kita pada surga-Nya. Adapun jika kita punya visi lain dari itu sah-sah aja (ex: jadi pengusaha sukses) asalkan tidak menomorduakan visi kita untuk masuk surga, jadi sifatnya hanya pendamping. Dari visi tersebut lahirlah 2 misi kita di muka bumi ini, yaitu misi kehambaan dan misi kekhalifahan. 

Sebagai pembawa misi kehambaan tugas kita hanyalah beribadah sebagaimana firman Allah di QS. Ad-Dzariyat: 56. So, apapun yang kita lakukan harus diniatkan untuk ibadah semata, bukan hanya untuk kesenangan pribadi, apalagi cuma untuk ngikutin trend atau kelihatan gaul. Berbusana untuk ibadah, kuliah (menuntut ilmu) untuk ibadah, makan untuk (menunjang) ibadah, bekerja (mencari maisyah) untuk ibadah, dsb.

Sebagai pembawa misi kekhalifahan, maka kita bukanlah pemilik yang hakiki. Tidak pantas sama sekali bagi kita untuk bersikap sombong karena sesungguhnya segala yang kita punya hanyalah merupakan barang titipan dari Allah, semahal apapun itu. Maka, tidak diperkenankan pula bagi kita sedih yang berkepanjangan saat benda-benda tersebut diambil kembali oleh-Nya sewaktu-waktu. Dan sebagai orang yang dititipi, kita wajib untuk menjaganya. Jadi jangan mentang-mentang orangtua kita banyak duit dan bisa membelikan ini-itu dengan mudah, terus kita jadi seenaknya saja menggunakan barang. Itu tetaplah titipan dari Allah yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Hal ini berlaku juga untuk alam semesta yang harus kita jaga. Jika ingin mengetahui lebih mendalam bahasan tentang Visi-Misi seorang manusia, silahkan baca di sini.

Hidup tanpa visi itu bagaikan kita jalan jauh-jauh tapi nggak tahu mau kemana. Capek, tapi nggak dapet apa-apa. Sayang kan..

Berakhlaq
Seperti yang kita tau bahwa Rasulullah S.A.W. diutus tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlaq manusia di muka bumi ini. Maka, bisa kita lihat bahwa begitu pentingnya urusan akhlaq ini. Seringkali manusia terlalu fokus pada kecantikan luar (tubuh) masing-masing. Melakukan perawatan ini-itu, tapi terlupa untuk melakukan perawatan kecantikan dalamnya yang kemudian teraplikasi berupa akhlaq yang mulia. Padahal itulah kecantikan yang hakiki karena kecantikan dari dalam akan memancarkan kecantikan luar dengan sendirinya. Maka ada seorang ahli syukur berkata:

“Bila kamu bercermin dan kemudian dirimu merasa tidak cantik/rupawan, maka percantik lah dengan akhlaq. Bila kamu bercermin dan merasa cantik/rupawan, maka jangan kau rusak dengan akhlaq mu..”

Dalam sebuah hadits pun dikatakan bahwa “Dunia itu adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah wanita shalihah” [HR. Muslim]. So, sudah seharusnya kita memberi perhatian khusus untuk perihal akhlaq. Jadilah muslimah shalihah dengan karakter pribadi yang baik, di antaranya: santun, ramah, peduli pada sesama, gemar sedekah, menghormati yang lebih tua-menyayangi yang lebih muda, mempunyai sifat malu, dan akhlaq baik lainnya.

Berilmu
Rasulullah mengatakan bahwa “Mencari ilmu wajib hukumnya bagi tiap-tiap muslim” [shahih HR. Ibnu Majah], Allah pun berfirman “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan yang tidak mengetahui?” [QS. Az-Zumar: 9], dan Imam Bukhari berkata “Ilmu dahulu sebelum berkata dan berbuat”.

Dalil-dalil tersebut menunjukkan bahwa betapa pentingnya sebuah ilmu. Bahkan Allah memberi banyak keutamaan bagi orang yang menuntut ilmu, di antaranya adalah Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu [QS. Al-Mujadilah:11] dan Allah akan memudahkan jalan ke surga bagi orang yang berjalan untuk menuntut ilmu [HR. Muslim]

Sudah seharusnya kita banyak-banyak menuntut ilmu agar kita paham tentang banyak hal pula, sehingga kita mempunyai banyak dasar jika ingin melakukan suatu perbuatan. Kita tahu mana yang boleh/tidak boleh dan mana yang benar/salah. Contoh: sebelum menikah kita harus tahu ilmu berumah tangga (terutama tentang peran yang akan kita lakoni, yaitu sebagai isteri dan ibu), ketika berbusana kita harus mengetahui mana saja batasan aurat yang harus kita tutupi (bukan sekedar membungkus), ketika kita akan menjalin suatu hubungan dengan lawan jenis kita harus tahu bagaimana tahapan yang seharusnya, dsb. Kelak, insyaAllah kita akan menjadi seorang ibu yang mendidik anak-anak kita. Bagaiman jadinya kalau kita sendiri nggak punya ilmu yang bisa diajarkan?

Berdasarkan ilmunya, ada 4 kriteria manusia:
Orang yang TAHU dan TAHU bahwa dia tahu. Itulah orang ALIM, maka ambillah ilmu darinya
Orang yang TAHU dan dia TIDAK TAHU bahwa dia tahu. Itulah orang LUPA, maka ingatkanlah!
Orang yang TIDAK TAHU dan dia TAHU bahwa dia tidak tahu. Inilah orang yang MENCARI PETUNJUK, maka ajarilah!
Orang yang TIDAK TAHU dan dia TIDAK TAHU bahwa dia tidak tahu. Inilah orang BODOH, maka tinggalkanlah!
(Al-Ma'rifah wat Tarikh karya Abdurrahman Yusuf Ali Farhan, hlm 7)


Jangan sampai kita termasuk pada kriteria ke-4 yahh.. Tuntutlah ilmu setinggi-tingginya dan ajarkanlah pula ilmu tersebut kepada orang lain.

Ikhlas dan Bersyukur
2 hal ini yang akan menentukan kebahagiaan kita. Pasti di antara kita pernah melihat/bertemu dengan orang yang wajahnya selalu berseri-seri. Gimana rasanya? Enak ya.. Seger gitu kayaknya, seakan bikin kita kebawa senang mendadak kalo bertemu orang kayak gitu. Sebenanya orang kayak gitu bukan berarti dia nggak pernah punya masalah, melainkan ia mampu menghadapi masalah yang dihadapinya dengan ikhlas dan tetap bersyukur. Ia pun yakin bahwa segala solusi dari permasalahannya cukup dikembalikan saja pada Dia yang Maha Mengetahui.

Mungkin pengertian ikhlas yang banyak beredar adalah melakukan sesuatu tanpa mengharapkan apapun. Pengertian itu benar jika kita membicarakannya dalam konteks keduniaan karena jika pengertian tersebut adalah pengertian ikhlas secara utuh, maka tingkat amalan tertinggi akan dicapai oleh para kaum atheis yang tidak mengenal konsep ketuhanan. Jika kita membicarakan pengertian ikhlas secara utuh, maka ikhlas yang sesungguhnya adalah saat kita melakukan sesuatu dengan mengharapkan sesuatu yang amat besar. Sesuatu itu adalah ridha Allah. Dengan ridha Allah lah yang bisa memasukkan kita ke dalam surga sebagaimana visi kita sebagai makhluk ciptaan-Nya dan dengan ridha Allah pula yang dapat membukakan jalan pertolongan Allah saat kita berada dalam kesulitan dengan cara bertawashul. Simak kisah 3 pemuda yang bertawashul dengan amalannya di sini.

Tanpa ikhlas, niscaya akan banyak kekecewaan/kepahitan yang kita rasakan dalam hidup ini. Maka, cukup berharaplah pada Allah. Biarkan Ia yang mengatur segala episode hidup kita, Ia yang Maha Mengetahui jalan cerita terbaik bagi tiap-tiap hamba-Nya, termasuk cara Ia mendatangkan pertolongan.

Selain ikhlas, kita pun butuh bersyukur untuk menjadi pribadi yang senantiasa merasa bahagia. Mengeluh itu memang mudah, tapi tidak akan menyelesaikan masalah. Jika kita mau benar-benar berpikir, seburuk apapun kejadian/musibah yang kita alami, banyak orang di luar sana yang punya kondisi lebih buruk dari kita. Contoh: ketika kita tidak puas dengan gaji serta sikap atasan di kantor, masih banyak di luar sana orang yang kekurangan dan menjadi gelandangan karena tidak punya pekerjaan; ketika mengalami kecelakaan dan kendaraan rusak parah sehingga butuh biaya banyak untuk memperbaiki, banyak korban kecelakaan yang nggak lagi dikasih umur sehingga meninggal di tempat kejadian; ketika kita merasa jengkel karena makanan yang dibeli tidak enak, banyak orang di luar sana yang untuk mendapatkan makanan pun harus mengais-ngais dari tempat sampah; dsb.

Seringkali yang terjadi adalah kita hanya terfokus pada kekecewaan/kesedihan/cobaan, padahal banyak nikmat Allah yang telah dikaruniakan pada kita. Tanpa bersyukur maka hidup kita akan terasa susah karena segala sesuatu yang diberikan selalu saja terasa tidak cukup.

“..Dan sungguh jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya..” [QS. Ibrahim: 34]
“Maka nikmat Tuhan mu yang manakah yang kamu dustakan” [QS. Ar-Rahman]

Sebelum mengeluh, berpikirlah lagi tentang kondisi orang-orang yang punya kondisi lebih buruk dari kita. Dengan begitu, akan menjadikan kita senantiasa menjadi pribadi yang bersyukur. Jangan tunggu bahagia untuk bersyukur, tapi bersyukurlah untuk menjadi bahagia.

Butuh atau Ingin?!
Nah, ini nih gangguan yang nggak jarang menjangkit seseorang. Kalo kita nggak mawas diri, kata "Ingin" bisa menjelma menjadi sebuah kata "Butuh". Kita sebagai wanita yang nantinya akan menjadi manajer keuangan di keluarga sudah seharusnya melatih diri untuk bisa membedakan secara jelas manakah hal-hal yang memang kebutuhan dan manakah hal-hal yang merupakan keinginan. Kebutuhan adalah hal yang harus diutamankan karena keinginan adalah sesuatu yang nggak akan pernah ada habisnya. Jangan sampai kita mendahulukan keinginan semata, sementara untuk membeli kebutuhan menjadi kekurangan. Oh no.. itu nggak banget namanya, Galz!

Produktif
Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Bila kamu berada pada waktu sore, maka janganlah menantikan waktu pagi. Dan bila kamu berada pada waktu pagi, jangan nantikan waktu sore. Pergunakan masa sehatmu untuk menyongsong masa sakitmu, dan pergunakan masa hidupmu untuk menyongsong saat kematianmu” (HR.Bukhari)

So, buat yang suka males-malesan di kamar nggak tau mau ngapain.. Hayukk atuh jadi produktif. Kalau kita banyak diam syetan itu akan mudah mengganggu kita loh melalui tipu dayanya yang dibisikkan kepada kita, sehingga munculah pikiran-pikiran aneh. Makanya nggak jarang kalau kita kebanyakan diam itu malah bikin galau. Ya kan?!.. hehhee. Produktif itu bisa lewat apa aja koq. Baca, nulis, seminar, olahraga, bikin kerajinan, uji coba masakan, dll. pokoknya yang bermanfaat.

Istiqamah
Terakhir, jika semua karakter itu sudah dimiliki, maka kesemuanya itu harus dibalut dengan ikatan yang bernama istiqamah agar kekuatan karakter itu kokoh dan kuat. Mampu terus bertahan saat ada yang ingin menggoyahkan. Karakter inilah yang akan membuat seorang muslimah mampu menjaga semangat kemuslimahannya, walau ia diejek atau dijatuhkan sekalipun. Sesungguhnya Allah menguji keistiqamahan seseorang dengan memberinya kondisi-kondisi yang bertentangan. Dari situlah dapat dilihat apakah kita benar-benar memiliki karakter yang kuat atau tidak.

Sebagai orang Islam pegangan kita sudah jelas, yaitu Al-Qur'an dan Hadits. So, sudah seharusnya kita jadikan 2 hal itu sebagai dasar dalam segala aspek kehidupan kita. Simple sebenernya dan dalam berpegangan pun jangan cuma setengah-setengah. Hidup ini penuh gelombang mematikan kalau kita nggak punya pegangan yang kuat. Bayangkan saja kalau kita berada di tengah kapal yang diombang-ambing oleh ombak besar dan kita nggak berpegangan dengan benar-benar. Bisa dipastikan kita akan mudah tersentak ke lautan. Seperti itulah gambarannya.

Sebagai seorang muslimah, jadilah pribadi yang bisa memberi warna untuk sekitar, bukan menjadi pribadi yang dengan mudah terwarnai entah apapun warna yang terciprat. Kita harus tau mengapa kita melakukan sesuatu, jangan cuma biar keliatan gaul tapi malah menjadikan kita pribadi yang kurang baik atau tidak mencerminkan bagaimana seharusnya seorang muslimah. Sebelum melakukan sesuatu sudah semestinya kita bertanya kembali pada diri sendiri manakah tingkatnya yang lebih tinggi, hukum Allah atau hukum manusia? Manakah yang ingin kita capai, pandangan Allah atau pandangan manusia?

Mulai sekarang, banggalah menjadi seorang muslimah dengan segala bentuk aturan yang Allah tetapkan untuk kita. Karena itulah kita menjadi unik, karena itulah yang menjadi pembeda kita dengan wanita dari umat lain. Sesungguhnya Islam telah memuliakan kita dengan cara-Nya karena kita begitu berharga. So, kalau saya tanya "Are you Muslimah Berkarakter?". Semoga aja setelah baca tulisan ini sahabat-sahabat sekalian akan menjawab dengan lantang dan mantap "Yes, I' am!!.."