Friday, December 05, 2008

Menjadi Pemateri Bukan Sekedar Basa-Basi

Hmm…In this writing, I just wanna share about something that I wanna share..haha (ya iya lah masa ya iya donkz..). Nowadays, I often find some gaffe around me. What is that?!..Hmm…Langsung jha ya… Sebenarnya tulisan saya ini, lebih jauhnya lagi berkaitan dengan pembahasan “Mentoring Efektif” atau "Manajemen Mentoring". Tapi, berhubung dengan beberapa hal, maka saya hanya membahas mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan menjadi seorang pemateri (da’i/da’iah) pada umumnya saja. Perkara menjadi pemateri tentu lah itu merupakan hal yang baik karena dapat menjadi sarana dakwah and ladang amal untuk kita.

“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?" (QS. Fushshilat: 33)

Namun, yang menjadi masalah adalah ketika sang pemateri tidak menguasai materi dakwahnya. Ilmu agama tentu lah tidak sama dengan ilmu keduniaan. Mungkin, kita dapat menggunakan ‘sistem kebut kilat’ (mengkaji bahan beberapa menit sebelum presentasi) dalam mempresentasikan suatu tugas mata kuliah. Atau bahkan karena jadwal di luar kuliah yang padat, membuat kita tidak sempat ikut serta dalam menyusun materi tugas yang akan dipresentasikan bersama kelompok. Kemudian pada hari-H nya kita hanya tinggal diberikan bagian handout materi yang harus kita jelaskan oleh teman sekelompok kita. Dan karena waktu yang sempit mengharuskan kita untuk tampil segera sehingga kita tidak sempat mempelajarinya. Hanya bermodal handout, kita bisa tampil ala kadarnya dengan metode ‘text book’, meskipun hal ini juga tetap seharusnya tidak dilakukan.

Namun, lain halnya dengan ilmu agama yang kita presentasikan alias kita ajarkan untuk diikuti oleh yang lain. Materi yang akan kita sampaikan tidak bisa diberlakukan layaknya kejadian di atas karena yang kita berikan akan dimintai pertanggungjawabannya kelak. Oleh karena itu, materi yang akan kita sampaikan hendak lah telah kita kuasai sebelumnya dan tidak hanya bermodalkan pada metode ‘text book’ alias tekstual dan tanpa persiapan sehingga materi yang disampaikan asal-asalan, dangkal, dan tidak menarik. Karena, apa yang kita sampaikan harus lah sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunah dengan penjelasan yang bisa dimengerti dan tentunya bisa dipertanggungjawabkan, bukan sekedar ra’yu (pendapat) diri kita pribadi.

Selain itu, alangkah baiknya lagi bila sebelum materi diberikan, kita melakukan analisis terhadap peserta. Tujuannya adalah untuk mengetahui keadaan mad'u (peserta) baik secara Psikologis, Demografis, dan Sosiologis sebelum penyampaian materi. Analisis ini di antaranya: 1. Kita melakukan prediksi terhadap hal yang kita dengar, lihat, rasakan dan perhatikan. 2. Kita mampu menyampaikan materi yang sesuai dengan kebutuhan peserta. Karena mereka akan menilai materi yang akan kita sampaikan berdasarkan apa yang telah mereka ketahui dan yakini sebelumnya. 3. Meperlakukan peserta sebagai pusat perhatian kita, untuk mengetahui pandangan peserta terhadap tema pembicaraan, pembicara dan lingkungan tempat acara. Dan hal penting lainnya yang perlu kita perhatikan adalah sistematis pertemuan. Apa yang akan kita sampaikan dan hal lain apa yang akan kita lakukan selanjutnya hendaknya sudah terstruktur dengan jelas dalam benak kita. Jangan sampai terjadi ‘blank spot’ atau kondisi-kondisi ‘nggak meaning’ dalam pertemuan kita hingga menghabiskan waktu yang sia-sia. Hal ini perlu kita hindari karena selain menimbulkan waktu yang terbuang sia-sia, juga dapat mengalihkan perhatian peserta.

Nb: The Crucial Thing That We Must Remember as A Speaker (da’i/da’iah): ketika kita menjadi seorang pemateri terlebih lagi menjadi seorang pementor hendaknya senantiasa mengintrospeksi diri dan memperbaiki dirinya. Karena, menjadi seorang pementor atau pemateri bukan lah perkara yang sepele yang hanya sekedar basa-basi alias gaya-gayaan saja. Atau bahkan hanya sekedar formalitas agar program/ kegiatan rutin LDK dapat terlaksana.

Dari Abu Zaid Usamah bin Zaid bin Haritsah, ia berkata: “saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda”: “didatangkan seorang rojul (laki-laki) pada hari kiamat lalu ia dimasukkan ke dalam api neraka, maka terburailah seluruh isi perutnya, lalu ia berputar-putar di dalam neraka sebagaimana keledai mengelilingi penggilingan. Maka berkumpullah penduduk neraka dan bertanya padanya: “wahai fulan! Apa yang menyebabkan engkau begini? Bukankah dahulu engkau memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang munkar?”. Maka berkatalah rojul tersebut: “Benar, dulu saya memerintahkan pada yang ma’ruf namun saya tidak mengamalkannya, dan mmencegah dari yang munkar tapi saya mengerjakannya”. (HR. Bukhari dan Muslim)

“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”. (QS. As-Shaff: 2-3)

No comments:

Post a Comment